Kairo, CNN Indonesia -- Mesir memulai pengadilan massal pada Kamis (5/3) terhadap 213 terhadap para terduga militan, di antaranya adalah anggota polisi dan militer. Mereka didakwa karena terlibat dalam aksi kelompok bersenjata dalam menebar teror dan percobaan pembunuhan menteri dalam negeri.
Diberitakan Reuters, pengadilan Kairo tidak menyebutkan dari kelompok mana saja tersangka berasal. Pengadilan tidak membedakan antara anggota Ikhwanul Muslimin, ISIS dan al-Qaidah, berargumen bahwa tiga kelompok ini punya ideologi yang sama dan sama berbahayanya.
Baru 143 tersangka yang diadili telah dipenjara, sisanya dalam pengejaran. Seperti pengadilan yang sudah-sudah, para tersangka diletakkan di kandang besi, berhimpitan satu sama lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka didakwa atas pembentukan dan bergabung dengan kelompok teroris, menyerang fasilitas pemerintah, pembunuhan, percobaan pembunuhan dan kepemilikan senjata.
Hakim Hassan Farid menunda pengadilan hingga 4 April usai dakwaan dibacakan. Sedikitnya ada lima anggota militer dan polisi yang juga diadili, dua di antara mereka dipenjara, sementara tiga masih buron.
Sebelumnya Mei lalu jaksa penuntut publik Hesham Barakat mengatakan bahwa para tersangka telah melakukan 51 serangan teroris yang menewaskan 40 polisi dan 15 warga sipil, serta melukai 348 lainnya.
Salah satu serangan ini adalah percobaan pembunuhan terhadap menteri dalam negeri saat itu, Mohamed Ibrahim.
ISIS sayap Mesir mengaku bertanggung jawab atas serangan paling mematikan di negara itu dalam beberapa tahun terakhir. Sedikitnya 30 aparat keamanan terbunuh dalam serangkaian serangan ISIS di utara Sinai Januari lalu.
Sementara itu Presiden Abdel Fattah al-Sisi menyalahkan Ikhwanul Muslimin atas kekerasan yang terjadi.
Mesir telah dilanda ketegangan menyusul digulingkannya Presiden Mohammed Mursi tahun 2013, menyusul demonstrasi besar-besaran Ikhwanul Muslimin yang dihadapi dengan senjata oleh aparat. Korban tewas saat itu belum diketahui dengan pasti, namun diduga mencapai lebih dari 800 orang.
(den)