Jakarta, CNN Indonesia -- Qatar memanggil pulang duta besarnya dari Kairo setelah seorang diplomat Mesir menuduh pemerintah Doha mendukung terorisme.
Setelah ISIS merilis video pemenggalan 21 warga Kristen Koptik Mesir akhir pekan lalu, Mesir memborbardir kamp pelatihan dan gudang senjata milik ISIS di Libya.
Liga Arab menyampakian “pemahaman” mereka atas aksi Mesir dan berada di belakang Mesir terkait desakan negara itu untuk mencabut embargo senjata dari militer Libya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun dalam pertemuan Liga Arab pada Rabu (18/2), Qatar menyatakan keberatannya terkait serangan Mesir tersebut.
Perwakilan resmi dari Kementerian Luar Negeri Qatar Saad bin Ali al-Muhannadi mengatakan bahwa aksi militer anggota unilateral pada anggota lain bisa membahayakan warga sipil dan bisa menguntungkan satu pihak dalam konflik Libya.
Komentar itu mengundang kecaman dari perwakilan Mesir untuk Liga Arab, Tareq Adel, yang mengatakan bahwa itu menunjukkan bahwa Doha “mendukung terorisme”, seperti dikutip dari kantor berita Mesir, MENA.
Kantor berita Qatar, QNA, melaporkan kemudia bahwa Doha menarik duta besarnya untuk Mesir guna berkonsultasi.
Perkembangan terbaru ini menghidupkan kembali pertikaian diplomatik antara kedua negara setelah hubungan keduanya membaik akhir-akhir ini.
Kepala Dewan Kerjasama Teluk, GCC, menolak komentar Tareq Adel—menunjukkan dewan tidak ingin membuka kembali keretakan internal yang yang memuncak ketika Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain menarik duta besar mereka dari Doha tahun lalu terkait dukungan Doha terhadap kelompok militan.
"Tuduhan ini tidak berdasar, memutarbalikkan kebenaran dan mengabaikan upaya tulus Qatar yang telah diberikan kepada negara-negara GCC untuk memerangi terorisme dan ekstremisme di semua tingkatan," kata Sekjen GCC Abdullatif bin Rashid al-Zayani.
Namun dalam sebuah pernyataan kemudian, Zayani mengatakan GCC terus mendukung Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, termasuk perihal aksi militernya di Libya.
Kairo menuduh Qatar mendukung Ikhwanul Muslimin, yang digulingkan dari kekuasaan di Mesir pada 2013 ketika tentara bergerak melawan Presiden terpilih Mohamed Mursi.
Arab Saudi, UEA dan Kuwait telah memberikan Mesir bantuan miliaran dolar sejak Mursi digulingkan.
Menteri Luar Negeri Qatar Khaled al-Attiya, dalam sebuah wawancara dengan surat kabar pan-Arab al-Hayat yang diterbitkan pada Kamis (19/2), mengatakan Doha tidak mendukung Ikhwanul Muslimin.
Attiya mengatakan bahwa ada "perbedaan pendapat, yang sehat, dan bukan sengketa,” antara negara-negara Teluk Arab.
(stu)