Kiev, CNN Indonesia -- Seorang jurnalis asal Finlandia, Antero Eerola, dipukuli massa setelah menyaksikan serangan yang dilakukan oleh tentara Ukraina tak lama setelah kesepakatan gencatan senjata dengan Rusia ditandatangani.
Dilansir Sputnik, Senin (9/3), selama kunjungannya di Ukraina pada Februari lalu, Eerola menjadi saksi mata saat tentara Ukraina mengambil posisi di kota yang dikuasai pemerintah, Svitlodarsk. Pasukan tersebut menembakkan meriam ke arah tentara separatis pro-Rusia, dua belas jam setelah kesepakatan gencatan senjata ditandatangani.
"Di sana, pasukan pemerintah menembakkan meriam kepada pemberontak, hanya 12 jam setelah gencatan senjata dilakukan," kata Eerola.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sore harinya, Eerola dan fotografernya bergerak dari garis depan menuju tempat lain yang berjarak sekitar 16 kilometer dari Horlivka, wilayah kekuasaan separatis.
Ketika kembali ke wilayah kekuasaan Kiev di Slaviansk, kedua wartawan ini singgah ke restoran lokal. Tiba-tiba, sekelompok pemuda yang berbicara bahasa Ukraina dengan nada tinggi menghampiri mereka. Eerola lantas menjawab bahwa ia hanya bisa berbahasa Rusia dan tidak mengerti bahasa Ukraina.
Sedikit memahami apa yang dikatakan, Eerola mengambil simpulan bahwa keberadaan jurnalis asing di tempat itu sangat tidak diinginkan. Akhirnya, salah satu dari orang tersebut memukul wajah Eerola hingga bibir bawahnya sobek.
Menanggapi insiden ini, Eerola mengatakan bahwa kebebasan berekspresi di Ukraina sangat buruk.
Pers dan politisi lokal menuding bahwa intervensi dari luar adalah penyebab krisis yang terjadi di Ukraina. Namun, Eerola menganggap tuduhan tersebut tidak objektif.
"Sangat mudah untuk menyalahkan semuanya kepada Rusia. Akar permasalahannya ada di internal," ucap Eerola.
Menurut Eerola, aktivis Ukraina sangat kecewa dengan hasil perubahan rezim di negaranya. Lebih jauh, Eerola juga mengkritik Ukraina yang dianggap menindas oposisi.
"Saya tidak pernah melihat sirkus semacam ini di ruang pengadilan. Benar-benar kacau. Nama dipangil dan ancaman dilontarkan," kata Eerola memberikan komentar mengenai dua partai sayap kanan yang berusaha menjegal Partai Komunis Ukraina.
(ama)