Manila, CNN Indonesia -- Presiden Filipina Benigno Aquino pada Senin (9/3) mengungkapkan dirinya diberikan informasi palsu oleh seorang jenderal polisi terkait misi rahasia untuk menangkap buronan yang bergabung dengan kelompok militan. Misi rahasia yang gagal tersebut mengakibatkan bentrokan antara polisi Filipina dengan Front Pembebasan Islam Moro (MILF) dan Pejuang Kebebasan Islam Bangsamoro (BIFF).
Bentrokan yang terjadi pada 25 Januari lalu dan menewaskan 44 orang di Mamasapano tersebut menggiring Aquino terhadap krisis politik terbesar dalam pemerintahannya.
Sejumlah uskup Katolik Roma, anggota parlemen, dan kelompok masyarakat sipil serta aktivis menyerukan Aquino untuk mengundurkan diri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu sangat jelas, saya tertipu. Yang benar adalah saya diberi informasi yang salah oleh orang-orang yang tahu jelas apa yang terjadi. Sayangnya, orang lain yang tidak tahu apa-apa tidak bisa memberikan informasi lebih lanjut selain informasi yang sangat mentah," kata Aquino dikutip dari Reuters, Senin (9/3).
Misi rahasia tersebut dilakukan untuk menangkap Zulkifli bin Hir, alias Marwan, seorang pembuat bom Al-Qaidah yang terkait dengan kasus bom Bali. AS bahkan menawarkan hadiah US$5 juta untuk siapapun yang berhasil menangkapnya.
Untuk menangkap Marwan, pasukan khusus komando polisi Filipina menyelinap ke daerah pemberontak di selatan. Namun, operasi tersebut gagal, dan polisi terlibat bentrokan dengan MILF dan BIFF.
Operasi itu dipimpin oleh Jenderal Getulio Napenas tersebut tidak terkordinasi dengan MILF. Padahal MILF telah menyetujui gencajan senjata sebagai bagian dari perundingan damai dengan pemerintah Filipina.
Aquino menyatakan bahwa operasi yang dipimpin Napenas telah menyimpang dari rencana semula yang diajukan kepadanya dua pekan sebelumnya.
Aquino menyatakan "tuduhan yang tepat" akan diajukan terhadap Napenas untuk aksi pembangkangan tersebut.
Aquino bertemu pendeta gereja Kristen di istana presiden pada Minggu (8/3) dalam pertemuan dan doa khusus. Pertemuan ini tanpa didampingi oleh uskup Katolik Roma yang mengkritiknya karena memberikan kepercayaan bagi Kepala Polisi Filipina, Alan Purisima, untuk mengawasi dan bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap misi rahasia tersebut.
(ama)