Ankara, CNN Indonesia -- Stasiun televisi Turki, A Haber, merilis sebuah video yang memperlihatkan seorang mata-mata yang diduga membantu tiga gadis Inggris memasuki Suriah, pada Jumat (14/3).
Diberitakan Reuters, dalam rekaman yang nampaknya diambil menggunakan kamera telepon genggam, terlihat seorang pria membantu Amira Abase, Shamima Begum, dan Kadiza Sultana untuk membongkar barang bawaaan dari taksi dan memasukannya ke dalam mobil minivan perak.
Rekaman tersebut diduga diambil di bagian tenggara kota Gaziantep.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ayo, Nak, jangan sampai ada yang ketinggalan. Insha Allah kita akan sampai dalam satu jam," kata pria tersebut. Wajahnya beberapa kali terlihat dalam rekaman.
Menurut kantor berita Dogan, pria tersebut teridentidikasi sebagai Muhammed Al-Rashad. Dia berbicara menggunakan bahasa Inggris dan Arab dalam video yang berdurasi sepanjang empat menit itu.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu sebelumnya menyatakan mata-mata tersebut bekerja untuk negara yang bergabung dengan koalisi serangan udara pimpinan Amerika Serikat untuk menggempur markas ISIS di Irak dan Suriah.
Menurut Cavusoglu, mata-mata tersebut telah ditangkap dan diketahui berkebangsaan Suriah. Namun, dia enggan menjelaskan lebih jauh.
Kantor berita Dogan menyatakan Rashad ditahan di sebuah penjara isolasi di Sanliurfa sejak tertangkap aparat kepolisian Turki.
Dalam pengakuannya kepada polisi, dia menyatakan tujuannya membantu orang-orang memasuki Suriah adalah untuk mengidentifikasi dan melaporkannya ke seorang pejabat di Kedutaan Besar Kanada untuk Yordania.
"Saya tidak berniat untuk memata-matai. Tujuan saya adalah mencegah kegiatan terorisme," katanya, sebagaimana dikutip Dogan.
Seorang sumber di pemerintahan Kanada menyatakan terduga mata-mata tidak berkebangsaan Kanada. Ketika ditanyai apakah dia pernah bekerja untuk CSIS, sumber tersebut enggan menjawab.
Rashad mengaku dia telah membantu setidaknya 25 orang asing memasuki Gaziantep.
"Penjaga perbatasan ISIS memberitahu ke mana orang-orang ini harus diantar. Saya mengantar mereka ke pusat kota Gaziantep menggunakan taksi dan menyerahkannya pada pihak lain," kata Rashad, sebagaimana dikutip Dogan.
"Entah bagaimana dan ke mana mereka dibawa oleh orang-orang tersebut," lanjut Rashad.
Tiga gadis Inggris yang dibantu Rashad diidentifikasi sebagai Amira Abase, 15 tahun, Shamima Begum, 15 tahun, dan Kadiza Sultana, 16 tahun. Ketiganya menghilang dan diduga kabur ke Suriah melalui Turki sejak 17 Februari lalu.
Pada tanggal 18 Februari, tiga gadis ini telihat dalam rekaman CCTV berada di stasiun bus Bayrampasa di Istanbul, sebelum melakukan perjalanan ke Sanlifurfa, kota perbatasan yang hanya berjarak 50 km ari wilayah Suriah yang dikuasai oleh militan ISIS.
Sebelum kabur dari rumah, mereka menjalin komunikasi dengan seorang perempuan Inggris yang dipercaya merupakan perekrut ISIS, Aqsa Mahmood, melalui media sosial.Awal pekan lalu, ramai diberitakan bahwa tiga gadis ini dipekirakan telah berada di Raqqa, ibu kota ISIS di Suriah dan berada di bawah perlindungan Mahmood.Saat ini, polisi dan keluarga tengah membujuk ketiganya untuk pulang ke Inggris, salah satunya dengan berjanji tidak akan mengenakan dakwaan terorisme kepada mereka.
Menurut aparat hukum Inggris, pada 2014 lalu ada 22 perempuan hijrah ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Sebanyak 18 di antaranya berusia di bawah 20 tahun. (ama)