CIA: Sosial Media Jadi Alat Penebar Teror

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Sabtu, 14 Mar 2015 01:33 WIB
Kepala CIA, John Brennan, menilai sosial media kini menghambat uipaya pemberantasan terorisme karena digunakan oleh militan sebagai alat penebar teror.
Kepala CIA, John Brennan, menilai sosial media kini menghambat uipaya pemberantasan terorisme karena digunakan oleh militan sebagai alat penebar teror. (Ilustrasi/CNN Indonesia/Fajrian)
Washington, D.C., CNN Indonesia -- Kepala Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) John Brennan menilai perkembangan teknologi dan sosial media saat ini menjadikan alat yang menghambat upaya untuk memerangai para militan. Pasalnya, sosial media telah berubah menjadi alat penebar teror.

Dalam sebuah pidato di New York, Brennan menyatakan media sosial telah menjadi medium yang digunakan sejumlah kelompok militan, terutama ISIS, untuk berbagi informasi soal operasi teror dan melakukan perekrutan.

"Teknologi baru dapat membantu kelompok-kelompok seperti ISIS mengkoordinasikan operasi, menarik anggota baru, menyebarkan propaganda, dan menginspirasi simpatisan di seluruh dunia untuk bertindak atas nama mereka," kata Brennan dalam pidatonya di Dewan Hubungan Luar Negeri, Jumat (13/3), dikutip dari Reuters.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ancaman terorisme sangat diperkuat oleh kebebasan informasi saat ini, di mana sebuah serangan di sebuah tempat dapat memicu reaksi di tempat lain yang ribuan mil jauhnya," kata Brennan.

"Saat ini ekstremis dapat belajar bagaimana melakukan serangan tanpa harus meninggalkan rumah," ujar Brennan.

Dalam pidatonya tersebut, Brennan juga menyingung sejumlah serangan militan yang terjadi beberapa bulan terakhir, termasuk penembakan di majalah satire Charlie Hebdo di Paris, penembakan di sebuah kafe di Kopenhagen, Denmark, dan pembaantaian di sebuah sekolah di Peshawar, Pakistan.

"Serangan-serangan ini menggarisbawahi bahwa ancaman teroris semakin terdesentralisasi, sulit untuk melacak, dan sulit untuk digagalkan," kata Brennan.

Brennan menilai berbagai serangan teror yang terjadi selama setahun terakhir merupakan bukti makin meningkatnya tindak kekerasan dan ketidakstabilan dunia sejak jatuhnya era Uni Soviet.

Menurut Brennan, sementara CIA berupaya meningkatkan kemampuan mereka memerangi ancaman serangan siber, mereka yang melakukan tindakan teror juga meningkatkan penggunaan teknologi mereka.

Oleh karenya, Brennan mengimbau pemerintah untuk bekerja sama dengan industri swasta dan mitra lainnya dalam upaya mengidentifikasi dan melacak keberadaan para ekstremis, merujuk pada perang di Irak dan Suriah melibatkan sejumlah jihadis ISIS dari luar negeri.

"Setidaknya 20 ribu militan datang dari 90 negara. Beberapa ribu di antaranya, datang dari negara-negara Barat," kata Brennan menambahkan. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER