Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang profesor seksologi Universitas Aalborg, Denmark, bernama Christian Graugaard menyatakan bahwa pornografi harus dibawa ke ruang kelas sebagai alat belajar.
Seperti dilansir Sputnik, Senin (16/3), Graugaard menganggap diskusi industri porno tersebut akan membuat para remaja memiliki kesadaran dan menjadi konsumen yang kritis. Dari sana, mereka akan dapat memilah antara porno dan hubungan seksual yang sebenarnya.
"Anak muda, seperti kita, adalah bagian yang telah terkena seksualitas dalam masyarakat post-modern," ujar Graugaard dalam sesi wawancara dengan stasiun televisi Denmark, DR, seperti dikutip Sputnik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menjelaskan maksudnya, Graugaard kembali berkata, "Yang saya usulkan adalah kita membarui edukasi seks di ruang kelas. Ketimbang berfokus pada masalah teknis penyakit atau aspek biologis dari seks, kita juga harus menggunakan ranah ini untuk mendiskusikan dan menunjukkan fenomena lain, seperti pornografi, diajarkan oleh guru terlatih, sehingga anak muda dapat mengembangkan pendekatan kritis terhadap apa yang mereka lihat."
Graugaard kemudian menjabarkan bahwa guru terlatih yang ia maksud tersebut akan mengawal diskusi dengan anak sekolah kelas 8 dan 9 karena anak-anak biasanya sudah pernah melihat pornografi pada rentang usia 15-16 tahun.
Nalar Graugaard ini sesuai dengan penelitian Nordic yang melansir bahwa 99 persen bocah laki-laki dan 86 persen anak perempuan Skandinavia telah menonton film porno saat menginjak usia 16 tahun.
Menurut Graugaard, para pelajar ini tidak seharusnya ditakut-takuti oleh pengajarnya.
"Bukan tugas kita untuk menakuti para remaja, kita harus mendorong mereka untuk mengeksplor kenikmatan seksual dengan cara yang aman dan dalam ranah mereka sendiri ketimbang kita berpaling dari mereka," tutur Graugaard.
Remaja, menurut Graugaard, seharusnya diasupi pelajaran yang dapat menstimulasi pikirannya untuk memilih jalan benar.
"Kami ingin anak-anak kami memiliki kehidupan seks yang menyenangkan dan memuaskan jadi dialog konstruktif dengan pikiran terbuka adalah jalan terbaik untuk memastikan bahwa mereka dapat mengambil keputusan berarti bagi diri mereka sendiri," katanya.
Namun, pemikiran Graugaard ini ditentang oleh banyak pihak yang mengatakan bahwa kegiatan terkait pornografi di ruang kelas justru akan lebih berbahaya.
"Pornografi dan edukasi seks benar-benar lebih mengkhawatirkan dari sebelumnya. Seks adalah isu di antara para pemuda dan ini adalah fakta kehidupan, bahwa anak-anak mengirimkan gambar-gambar seksual satu sama lain yang sering digunakan sebagai bahan ledekan. Tapi, saya tidak yakin profesor Denmark ini mengerti dampak buruk yang dapat disebabkan dari memperlihatkan porno di depan anak muda," kata Kepala Kampanye untuk Edukasi Nyata Inggris, Chris McGovern.
Denmark telah mencanangkan pelarangan pornografi sejak 1967 dan menjadi negara pertama di dunia yang melegalkannya kembali pada 1969.
(stu/stu)