PEMILU ISRAEL

PR Pemimpin Israel Berikutnya, dari Palestina hingga Iran

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Rabu, 18 Mar 2015 07:16 WIB
Pemimpin Israel berikutnya punya pekerjaan rumah besar memperbaiki masalah di dalam dan luar negeri, yang kebanyakan disebabkan oleh kebijakan Netanyahu.
Pemimpin Israel berikutnya punya pekerjaan rumah besar memperbaiki masalah di dalam dan luar negeri, yang kebanyakan disebabkan oleh kebijakan Netanyahu. (Reuters/Baz Ratner)
Tel Aviv, CNN Indonesia -- Perdana menteri Israel berikutnya -- entah Benjamin Netanyahu atau Isaac Herzog -- memiliki pekerjaan rumah besar di pemerintahan berikutnya, mulai dari permasalahan internasional hingga domestik.

CNN memberitakan, ada lima isu kunci yang menunggu untuk diselesaikan pemimpin Israel berikutnya:

1. Menyelesaikan masalah dengan Palestina

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perundingan damai antara Israel dan Palestina kembali mandek pada April tahun lalu, disebabkan oleh dibangunnya kembali permukiman Yahudi oleh Netanyahu. Akibat hal ini, Palestina melakukan langkah di PBB, berujung naiknya status dan akan segera bergabung dengan Mahkamah Pidana Internasional.

Israel yang berang menghentikan pembayaran pajak pemasukan bagi Palestina, membuat perekonomian negara itu semakin sulit. Pemerintahan Mahmoud Abbas mengancam akan menghentikan kerja sama keamanan dengan Israel. 

Ditambah lagi situasi Gaza yang semakin merana akibat serangan 50 hari Israel tahun lalu. Pemulihan berjalan lambat. Dikhawatirkan, situasi yang tidak menentu di Gaza akan kembali memicu pertempuran antara Israel dan Hamas.

Pemimpin Israel berikutnya harus segera menyelesaikan isu ini jika tidak ingin ketidakstabilan keamanan memantik situasi berbahaya bagi kedua negara. Bahkan bukan tidak mungkin, intifada jilid tiga terjadi jika keadaan masih memanas.

2. Memperbaiki hubungan dengan Amerika Serikat

Banyak ketegangan yang terjadi antara Israel dan AS, mulai dari pembangunan permukiman yang mengganggu perundingan damai hingga serangan militer ke Gaza dan Lebanon. Hubungan kian memburuk akibat perang dingin pribadi antara Netanyahu dan Presiden Barack Obama, terlihat jelas dalam berbagai foto canggung keduanya, pengakuan pejabat dan media kedua negara.

Hubungan semakin terpuruk dengan pidato Netanyahu di Kongres AS yang mengkritik kebijakan Obama terkait program nuklir Iran.

Perbaikan hubungan akan mudah jika pemerintahan Israel berikutnya dipimpin Herzog, yang berjanji "mengembalikan kemesraan dan kepercayaan" dengan pemimpin Washington.

Namun mengakurkan dua negara sulit jika Netanyahu kembali memimpin. Walaupun dalam berbagai pernyataan pejabat AS mengatakan hubungan dengan Israel "tidak tergoyahkan", Gedung Putih melihat Netanyahu sebagai biang kerok.

3. Isu nuklir Iran

Negara-negara Barat tengah menggodok kerangka perjanjian nuklir dengan Iran sebelum tenggat waktu 31 Maret mendatang. Pemimpin Israel berikutnya akan mulai memimpin sebelum Juli dan harus mencapai kesepakatan dengan Washington soal jaminan keamanan dan diplomatik jika perjanjian program nuklir dengan Iran terjalin.

Jika kembali memimpin, Netanyahu diprediksi akan kembali membuat pusing AS dengan penolakan dan desakannya terkait penghentian nuklir Iran seluruhnya. Sementara Barat hanya mensyaratkan pengurangan centrifuge agar Teheran tidak mampu membuat senjata nuklir.

Herzog sebenarnya memiliki pandangan yang sama soal ancaman keamanan jika Iran diperbolehkan melanjutkan program nuklir mereka. Namun pemimpin Serikat Zionis ini sebelumnya selalu menyarankan PM Israel bekerja sama erat dengan AS dan negara-negara lain untuk memperkuat kesepakatan nuklir Iran, bukannya menghadang dan merusak negosiasi melalui lobi di Kongres AS seperti yang selama ini dilakukan Netanyahu.

Selain nuklir, pemimpin Israel berikutnya juga akan menghadapi kenyataan berkembangnya pengaruh Iran di kawasan. Di antaranya pada tubuh Hizbullah di Lebanon, pemerintahan Bashar Al-Assad di Suriah, pertempuran melawan ISIS di Irak, serta kudeta Houthi di Yaman.

4. Mengatasi kesenjangan sosial

Selain masalah internasional, isu domestik akan menghantui pemerintahan berikutnya. Di antaranya adalah mahalnya harga barang dan makanan serta meroketnya nilai properti. Dalam laporan bulan lalu, harga rumah di Israel meningkat 55 persen antara 2008 dan 2014.

Pada Juli 2011, terjadi aksi besar memprotes tingginya harga rumah dan makanan. Puluhan ribu orang juga turun ke jalan memprotes kebijakan Netanyahu yang dinilai tidak pro-rakyat dan hanya memikirkan ancaman keamanan sementara masalah ekonomi terbengkalai.

Survei membuktikan, isu inilah yang membuat banyak rakyat Israel memilih Herzog yang berjanji akan menganggarkan 7 miliar shekel (Rp23 triliun) untuk pembangunan rumah murah, tunjangan kesehatan dan berbagai program sosial lainnya bagi masyarakat kelas menengan.

5. Menyelamatkan Israel dari isolasi global

Pemimpin Israel berikutnya harus memperbaiki hubungan yang renggang dengan negara-negara lain akibat kebijakan-kebijakan agresif Israel terhadap Palestina.

Kandidat oposisi Tzipi Livni yang merupakan mantan negosiator damai Israel mengatakan bahwa Netanyahu adalah orang yang bertanggung jawab atas "tsunami diplomatik" terhadap Israel.

Selain dengan AS, hubungan Israel retak dengan negara-negara Eropa. Presiden Perancis tahun 2011 Nicolas Sarkozy dalam sebuah pertemuan dengan Obama mengaku "tidak tahan" dengan Netanyahu yang disebutnya "pembohong". Obama membalas "Anda sudah muak, tapi saya harus berurusan dengan dia lebih sering dari Anda."

Akibat kebijakan ekstrem Israel di Palestina, termasuk pencaplokan lahan dan pembangunan permukiman Yahudi, Uni Eropa sebagai mitra dagang terbesar Israel tengah dalam proses membatalkan bebas pajak untuk produk Israel yang dibuat di daerah pendudukan di Tepi Barat.

Ditambah lagi, pengakuan kedaulatan Palestina kian bertambah di seluruh dunia. Hal ini membuat Israel semakin bergantung pada dukungan diplomatik AS, salah satunya adalah hak veto Washington di PBB. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER