Brussels, CNN Indonesia -- Menteri Luar Negeri Belgia Didier Reynders dikritik karena menghitamkan wajahnya ketika menghadiri acara amal di Brussels dimana para peserta mengenakan pakaian yang dianggap sebagai pakaian bangsawan Afrika abad 19.
Pada Sabtu (13/1) Reynders bergabung dengan
Les Noirauds (Kaum Hitam), satu organisasi yang berada di bawah pengawasan kerajaan Belgia yang didirikan pada 1876, dan bertujuan mengumpulkan dana bagi yayasan amal anak.
Seluruh peserta menghitamkan wajah mereka dan mengenakan topi tinggi berwarna putih, celana hijau terang dan kaos kaki. Mereka diiringi dengan satu kelompok musik yang disebut sebagai konservatori Afrika.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Tercela” adalah pandangan yang dikemukakan oleh Wouter Van Bellingen, direktur Forum Minoritas, lewat akun Twitternya.
Dia menambahkan bahwa Belgia masih belum memiliki rencana anti rasisme, meski dalam konferensi PBB di Afrika Selatan pada 2001 negara itu menyatakan akan membuatnya.
Reynders, yang di situsnya menekankan pentingnnya Afrika Tengah bagi kebijakan luar negeri Belgia, memasang foto dirinya sebagai salah satu anggota
Noirauds di blognya dan menggambarkan upayanya mengumpulkan dana bagi yayasan amal anak.
Republik Demokratik Kongo, negara terbesar di Afrika Tengah, merupakan daerah jajahan Belgia hingga 1960. Jutaan warga Kongo diperkirakan tewas dan negara itu menjadi miskin pada akhir abad ke-19 dan awal abad 20 ketika raja Belgia Leopold II memperlakukan negara itu sebagai daerah kekuasaan pribadinya.
Meski Reynders sendiri tidak mendapat kritik besar dari partai-partai politik di Belgia terkait kegiatannya itu, sejumlah organisasi minoritas dan tokoh Belgia keturunan Afrika mengatakan keikutsertaan menteri luar negeri ini tidak bisa diterima.
“Di negara beradab lain karir politiknya bisa hancur, tetapi di Belgia dia masih terus bisa bertahan,” ujar Chika Unigwe, pengarang kelahiran Nigeria.
(yns)