Krisis Air Bersih, Puluhan Warga Filipina Tewas Setiap Hari

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Minggu, 22 Mar 2015 12:15 WIB
Lebih dari 20 juta warga Filipina tidak bisa mengakses air bersih, fasilitas sanitasi dan pengolahan limbah, mengakibatkan 55 warga tewas setiap harinya.
Lebih dari 20 juta warga Filipina tidak bisa mengakses air bersih, fasilitas sanitasi dan pengolahan limbah. (Ilustrasi/ANTARA/Vitalis Yogi Trisna)
Manila, CNN Indonesia -- Sebanyak 55 warga Filipina meninggal setiap hari karena menderita penyakit yang berasal dari kurangnya ketersediaan air bersih, seperti malaria, demam berdarah, Hepatitis dan tipus.

Data ini dirilis oleh Departemen Lingkungan dan Sumber Daya Alam Filipina, dikutip dari laporan Channel NewsAsia, Minggu (22/3). Menurut data tersebut, lebih dari 20 juta warga Filipina tidak bisa mengakses fasilitas sanitasi dan pengolahan limbah.

Bahkan, hanya 10 persen dari penduduk Filipina yang terhubung ke sistem pembuangan limbah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini turut dirasakan oleh Loida Lumagas, warga yang tinggal di distrik Malabon yang padat penduduk di ibu kota Filipina, Manila. Namun, tak jauh dari tempat tinggalnya berdiri kompleks elit Artex Compound yang dipenuhi oleh sejumlah gedung pencakar langit.

Air setinggi dada yang dipenuhi tumpukan sampah menjadi pemandangan Lumagas sekeluarga sehari-hari. Terakhir kali Lumagas melihat jalanan di sekitar rumah mereka kering tanpa air adalah sekitar satu dekade lalu.

Namun, penduduk Malabon telah menemukan cara untuk hidup "berdampingan" dengan air banjir, meskipun dengan biaya yang tinggi.

Seperti Lumagas, warga lain di daerah ini terbiasa untuk berpergian dengan perahu, mendayung diri mereka sendiri melewati tumpukan sampah yang tergenang, untuk mengunjungi keluarga dan teman mereka di daratan.

Perkembangan kompleks elit Artex Compound yang berada di dataran rendah telah merubah lingkungan sekitarnya menjadi "daerah pembuangan air" dan limbah.

Keadaan ini diperparah ketika musim hujan datang. Upaya untuk memompa air di wilayah ini telah berulang kali gagal.

"Hidup kita adalah jauh lebih baik sebelum air membanjiri daerah ini. Sekarang hidup jadi jauh lebih rumit dengan sanitasi yang buruk," kata Lumagas, dikutip dari Channel NewsAsia, Minggu (22/3).

Kurangnya air bersih memaksa sekitar 200 keluarga untuk pergi ke sejumlah desa utama di daerah yang lebih tinggi untuk mengambil persediaan makanan dan kebutuhan sehari-hari.

"Tidak ada penyakit kecuali untuk masalah perut. Mereka sedang membangun tempat pembuangan sampah di depan sekolah, di mana mereka membuang sampah dan menutupnya dengan bebatuan dan tanah. Sehingga, sampah merembes ke dalam air, menyebabkan penyakit," kata Irene D Ong, Sekretaris Jenderal organisasi Panac Artex Compound

"Namun, penyakit umum seperti tipus dan demam berdarah tak ditemukan di sini," kata Irene mengklaim.

"Seperti yang Anda lihat, air menjadi berwarna gelap, tidak seperti sebelumnya. Ketika mereka mulai menimbun sampah dan menutupinya dengan tanah, warna air mulai gelap," kata Lumigas.

Artex Compound bukan satu-satunya daerah di Manila di mana sanitasi air menjadi masalah pelik. Sungai Pasig, yang mengalir melalui ibu kota Manila, dinyatakan mati secara biologis di sejak dekade 90-an.

Hal ini disebabkan dari pembuangan limbah kota ke tepi sungai. Selama musim hujan, warga selalu harus berurusan dengan banjir dadakan dan sejumlah penyakit mematikan.

Untuk memastikan kesehatan mereka, Komisi Rehabilitasi Sungai Pasig telah berupaya membersihkan sampah dari sungai tersebut.

"Jika muara sungai dalam kondisi tidak sehat maka air otomastis tidak bisa mengalir ke sungai atau anak sungai. Air akan meluap dan akan mengalir ke daerah dataran rendah dan menyebabkan banjir," kata Lumagas.

Ibu kota Manila kini tengah menghadapi persoalan krisis air bersih dan sistem penanggulangan limbah yang tepat, karena banyak warga, termasuk Lumagas, ingin akses air yang sama bersihnya seperti tetangga mereka. (ama)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER