Kurang Suntikan Dana, Kelompok Militan Suriah Bermerger

Ike Agestu/Reuters | CNN Indonesia
Senin, 23 Mar 2015 07:22 WIB
Motivasi dari bergabungnya berbagai kelompok militan ini bukannya ideologi, tapi dana dan persoalan struktur internal.
Di Suriah, banyaknya faksi dalam perang saudara justru melanggengkan kekuatan Presiden Bashar al-Assad. (Reuters/Mohamad Bayoush)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok pemberontak Islam, Ahrar al-Sham telah bergabung dengan sebuah faksi jihad kecil di tengah kecamuk perang saudara Suriah.

Ahrar al-Sham, salah satu kelompok jihad terbesar di Suriah selain ISIS dan Nusra, mengumumkan pada Minggu (22/3) bahwa mereka bermerger dengan Suqur al-Sham, kelompok militan yang lebih kecil.

Sebuah pernyataan mengatakan merger itu didorong oleh kebutuhan untuk menyatukan barisan untuk memperluas pengaruh Ahrar al-Sham di provinsi barat laut Idlib, di mana rival mereka dari Nusra baru-baru ini telah menggempur pasukan oposisi pemerintah yang didukung oleh negara Barat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Mereka akan menjadi rival kuat untuk Nusra di Idlib. Dengan merger lain, mereka bisa memiliki kekuatan yang sama,” kata Abu Malek al Shami, seorang komandan pemberontak lokal dari Jaish al-Mujahdeen wal Ansar kepada Reuters.

Pertempuran antar faksi

Kelompok jihad telah terlibat dalam pertempuran internal sejak munculnya militan ISIS dengan ideologi ultra garis keras mereka.

"Semua fraksi ini tidak memasuki tahap kerjasama tapi saling memaksakan kehadiran mereka dengan kekerasan satu sama lain,” kata Abu Haniyah.

Faksionalisme telah membantu Presiden Suriah Bashar al-Assad tetap bertahan, dan tentaranya kembali merebut lagi wilayah-wilayah yang lepas dari kontrol mereka sejak revolusi Suriah pada 2011.

Ahrar al-Sham menarik sebagian besar pemimpin dari warga lokal Suriah, berbeda dengan Nusra, cabang lokal al-Qaidah, yang memiliki banyak pejuang asing.

Ahrar al-Sham, yang secara luas diyakini telah menerima dana dari negara-negara Teluk dan memiliki setidaknya 10 ribu pejuang, bertujuan untuk menerapkan hukum Syariah di Suriah.

Mereka pernah dianggap sebagai kelompok pemberontak terkuat dalam perang saudara di Suriah.

Seorang pengamat permasalahan jihadi mengatakan bahwa mengeringnya sumber dana dan kehilangan beberapa pemimpin membuat kelompok-kelompok pemberontak ini melakukan merger.

“Dukungan finansial yang biasa mereka dapatkan melemah dan kehilangan pemimpinnya telah membawa aliansi baru yang bukan didorong oleh ideologi tetapi untuk penguatan struktur internal," kata Hassan Abu Haniyah, seorang ulama dan cendikiawan soal jihadi dari Yordania, yang mengikuti gerakan fundamentalis radikal. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER