Jakarta, CNN Indonesia -- Tersangka bom Boston, Dzhokhar Tsarnaev, diduga sangat terpengaruh dengan literatur dan ajaran Al-Qaidah. Fakta ini terkuak dari beberapa literatur yang terdapat dalam laptop Dzhokhar, sebagaimana disampaikan oleh ahli kontra-terorisme dalam persidangan pada Senin (23/3).
Pendapat ini kontan membuat publik terperangah. Pasalnya, sebelumnya pengacara Dzhokhar mengatakan bahwa kliennya hanya anak Amerika biasa yang mengikuti jejak kakaknya, penggagas pengeboman, Tamerlan Tsarnaev.
"Tamerlan yang radikal. Dzokhar hanya mengikuti dia. Bukti menunjukkan bahwa Tamerlan merencanakan dan merancang serta mengikutkan adiknya dalam tindakan mengerikan itu," kata Clarke.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menampik pernyataan tersebut, seorang pejabat senior dari Institut Washington untuk Studi Timur Dekat, Matthew Levitt, mengatakan bahwa beberapa kicauan Dzokhar--yang diluncurkan dalam kapal tempat ia bersembunyi sebelum akhirnya ditangkap--juga sangat menggambarkan publikasi Islamis.
"Kami melihat di dalamnya ada konsep dari pernyataan al-Awlaki dan tulisan lain dari kaum pelaku radikalisasi," ucap Levitt merujuk pada al-Awlaki, seorang figur Al-Qaidah kelahiran AS yang menerbitkan majalah mengenai kekerasan jihad. Awlaki sendiri tewas dalam serangan drone AS pada 2011.
Sebelumnya, ahli komputer dari FBI, Kevin Swindon, juga menyatakan bahwa dalam laptop Dzhokhar ditemukan majalah propaganda al-Qaidah, "Inspire," yang di dalamnya terdapat artikel bertajuk "Bagaimana Membuat Bom di Dapur Ibumu."
Dalam kesempatan tersebut, Levitt juga berkata bahwa pengeboman yang terjadi dalam ajang lari marathon di Boston ini merupakan pelatuk gerakan jihad global yang mendorong umat Muslim untuk melakukan kekerasan terhadap AS.
Dzhokhar disinyalir bertanggung jawab atas hilangnya tiga jiwa dan terlukanya 264 orang lain akibat bom rakitan yang diledakan oleh ia dan saudaranya, Tamerlan, di garis akhir ajang balap lari marathon pada 15 April 2013 lalu.
Ia juga disebut bertanggung jawab atas penembakan salah satu polisi saat mereka mencoba untuk kabur dari kota. Tamerlan tewas dalam baku tembak dengan polisi. Sementara itu, Dzhokhar yang berhasil kabur dan bersembunyi dalam sebuah kapal juga akhirnya dibekuk.
Di dalam kapal tersebut, Dzhokhar meninggalkan sebuah pesan yang mengatakan bahwa serangan bom itu adalah pembalasan dendam terhadap kampanye militer AS di negara-negara Islam. Ia mengatakan bahwa Tamerlan adalah martir.
"Kami, Muslim, adalah satu tubuh. Anda menyakiti salah satu, Anda menyakiti kami semua. Saya tidak suka membunuh orang tak bersalah. Itu dilarang dalam Islam, tapi menurut (...) ini diizinkan," demikian bunyi pesan tersebut dengan beberapa bagian tak terbaca akibat terjangan peluru.
Dzhokhar dikenakan 30 dakwaan, termasuk meledakkan senjata pemusnah massal di tengah kerumunan publik.
Kedua bersaudara ini menggunakan bom yang dirakit dengan panci presto yang diisi paku dan benda-benda tajam. Tujuh belas dakwaan atas Dzokhar berimplikasi pada hukuman mati.
(stu)