Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang perempuan Amerika Serikat, Joanna Leigh, diadili atas tuduhan mencuri uang sumbangan yang digalang untuk santunan bagi korban bom Boston.
Dilaporkan
CNN, Jumat (27/3), mendapatkan uang sekitar US$40 ribu atau setara Rp522,5 juta dari One Fund Boston dan berbagai lembaga penggalang dana lain setelah ia mengaku mengalami cedera otak akibat insiden bom tersebut.
Dalam laporan, Leigh dilaporkan menerima US$8 ribu dari Fund Boston, US$1.700 dari himpunan dana sekolah, US$9 ribu dari penggalangan dana daring, dan keuntungan sebesar US$18 ribu dari dana kompensasi Korban Massachusetts untuk Kejahatan Kekerasan. Selain uang, Leigh juga mendapatkan keuntungan berupa pengobatan gratis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak ada yang menyangkal bahwa Leigh memang mengikuti ajang lari maraton pada 15 April 2013 itu. Namun, penyelidik Kepolisian Boston dan Daerah Suffolk menyatakan bahwa ia tidak terluka.
Menurut hasil penyelidikan, Leigh tidak mengkalim mengalami luka atau mencari perawatan medis hingga dua pekan setelah kejadian.
"Saat ia mulai membuat klaim tersebut, ia melabeli diri sendiri sebagai 'pahlawan' yang berlari di antara ledakan kedua," kata seorang pejabat anonim.
Menampik pernyataan tersebut, Leigh mengatakan bahwa tuduhan tersebut diajukan sebagai balas dendam atas kritik yang ia lontarkan kepada One Fund.
Leigh dan beberapa rekannya mengaku tidak diberikan kompensasi setimpal akibat sistem kalkulasi pembayaran yang diberlakukan. Jika cedera tidak terlalu parah sehingga tidak membutuhkan rawat inap, korban hanya menerima US$8 ribu. Sementara itu orang yang dirawat di rumah sakit mendapatkan kucuran dana kompensasi sebesar US$125 ribu atau lebih.
"Saya pikir ini bukan tentang saya. Saya rasa ini karena saya berbicara tentang One Fund. Saya pikir ini adalah upaya membunuh si pembawa pesan," ucap Leigh kepada Boston Globe pada Kamis (26/3).
Proses peradilan Leigh akan dimulai Senin. Ia akan mengaku tidak bersalah.
Sementara itu, pelaku bom Boston, Dzhokhar Tsarnaev, kini juga sedang menjalani proses peradilan atas tindakannya bersama abangnya, Tamerlan Tsarnaev, yang mengakibatkan tiga orang meninggal dan 264 lainnya terluka pada ajang lari maraton tersebut.
Tamerlan sendiri tewas dalam baku tembak dengan polisi dalam pengejaran ke sebuah permukiman di Boston. Dzhokhar berhasil melarikan diri, tapi akhirnya ditemukan polisi dalam keadaan terluka di sebuah kapal.
(stu/stu)