Nigeria, CNN Indonesia -- Kebingungan dan kekerasan sporadis mewarnai pemilu presiden paling menegangkan di Nigeria sejak pemerintahan militer berakhir, dan para pendukung oposisi menolak hasil pemberian suara dari negara bagian selatan Nigeria yang panas meski belum diumumkan.
Kongres Kemajuan Bersama, APC, yang beroposisi di negara bagian Rivers menuduh pendukung Presiden Goodluck Jonathan berada di balik pembunuhan juru kampanyenya dan mengecam pemilu di sana sebagai “curang dan main-main”.
Keputusan untuk tidak mengakui suara di Rivers yang merupakan pusat industri minyak terbesar Afrika, meningkatkan kemungkinan perselisihan soal suara di tingkat nasional dan risiko terjadi lagi kekerasan seperti dalam pemilu 2011 ketika 800 orang tewas dan 65 ribu orang di wilayah utara kehilangan tempat tinggal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ratusan pengunjuk rasa yang berteriak “APC” di depan kantor komisi pemilu INEC di Pelabuhan Harcourth, diawasi oleh puluhan polisi. Senator Magnus Abe menuduh partai yang berkuasa melakukan intimidasi.
“Tidak ada pemilu di Rivers,” ujar William Wobodo dari APC kepada Reuters dan meminta agar pemberian suara diulang.
Dalam pertanda bahwa oposisi akan menentang hasil pemilu di tempat lain, gubernur APC di negara bagian Imo, Rochas Okorocha, mengecam tindakan pemilu di wilayahnya dan menuduh militer mempermainkan hasil pemilu.
Belum ada pernyataan dari komisi pemilu atau INEC.
Kado dan Kaduna, dua kota di Nigeria utara yang menjadi pusat kekerasan pada 2011, saat ini dalam keadaan tenang.
Waktu pemberian suara di perpanjang dari Sabtu hingga Minggu di sejumlah kecil tps setelah terjadi masalah dalam mesin identitas pemilih.
Militan Boko Haram membunuh lebih dari selusin pemberi suara di wilayah timur laut, sementara setidaknya dua orang tewas ditembak di Pelabuhan Harcourt, yang memang terkenal dengan kekerasan politik.
Pemilu Nigeria kali ini antara presiden Goodluck Jonathan melawan mantan penguasa militer Muhammadu Buhari yang berusaha mendapat dukungan dari rakyat yang terpecah secara etnis, regional dan bahkan juga agama.
Ini juga kali pertama sejak penguasa militer mundur pada 1999 bahwa satu kandidat oposisi memiliki kesempatan besar menyingkirkan presiden, sehingga taruhannya lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya.
APC melaporkan kekerasan di negara bagian Rivers san menuduh “milisi bersenjata” yang didukung oleh partai Demokratik Rakyat pimpinan Jonathan bertanggungjawab.
“Apapun sambah yang akan diumumkan sebagai hasil pemilu hari ini, kami tidak akan menerimanya,” ujar APC.
Para pejabat PDP tidak memberi pernyataan dan sangat tidak mungkin memverifikasi klaim itu secara independen.
Di hari pemberian suara, kelompok pemberontak Islamis melakukan sejumlah serangan yang menewaskan tiga di negara bagian Yobe dan sebelas orang di negara bagian Gombe.
Militan yang mencoba mendirikan kalifah Islam, menolak demokrasi dan pemimpinnya Abubakar Shekau telah mengancam akan membunuh para pemilih.
Serangkaian kemenangan oleh tentara dari Nigeria dan Chad, Kamerun dan Niger berhasil merebut kembali sebagian besar wilayah yang dikuasai oleh kompok Islamis ini, tetapi mereka masih memiliki kemampuan melakukan serangan mematikan kepada warga sipil.
Masalah TeknisPemberian suara diwarnai oleh beberapa masalah sejak awal yaitu petugas yang datang terlambat dan alat baca biometrik yang digunakan untuk menghindari pemalsuan suara tidak berfungsi. Bahkan presiden Jonathan pun harus menunggu 40 menit sebelum bisa memberi suaranya.
Juru bicara komisi pemilu Kayode Odowu mengatakan hanya 350 dari 120 tps yang masih melaksanakan pemberian suara. “Jumlahnya cukup kecil,” katanya, dan menambahkan bahwa hasil suara akan dikumpulkan dalam 48 jam setelah tps ditutup.
Dia menambahkan pihak yang mengumumkan hasil pemilu sebelum komisi akan melanggar hukum.
Jumlah warga yang memberi suara tampaknya tinggi, dan dengan 56,7 suara yang harus dihitung, proses penghitungan akan memakan waktu.
Buhari dan Jonathan meminta warga tetap tenang dan menandatangani “kesepakatan damai” di malam sebelum pemberian suara, tetapi banyak warga Nigeria yang takut kekerasan setelah pemilu 2011 dimana Jonathan mengalahkan Buhari, akan terulang lagi.
(yns)