Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak Arab Saudi menginisiasi serangan udara untuk menggempur kelompok pemberontak Houthi di Yaman, pada Rabu (25/3), hingga saat ini kondisi di negara tersebut semakin bergejolak. Pemerintah Indonesia pun akan melakukan intensifikasi evakuasi warga negara Indonesia yang berada di Yaman.
Merujuk pada data Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, saat ini sebanyak 4.159 WNI masih menetap di berbagai kawasan di Yaman. Jumlah tersebut terbagi menjadi 2.686 mahasiswa, 1.488 pekerja, dan 45 staf KBRI. Sejak pemerintah mengumumkan rencana evakuasi pada Februari lalu, 175 orang mendaftar dan 148 di antaranya sudah tiba di Tanah Air.
Melihat situasi politik yang dinamis, pemerintah melalui Kemlu akan terus melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait guna melancarkan upaya evakuasi WNI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setidaknya sekarang opsi yang terbuka melalui jalur darat. Dalam hitungan jam, 90 orang, termasuk 38 keluarga staf KBRI, akan dievakuasi dari KBRI di Yaman ke Al Hudaydah dengan jarak 4 jam dengan bus," ujar Menteri Luar Negeri RI, Retno Lestari Priansari Marsudi, dalam jumpa pers di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin (30/3).
Melanjutkan penjabaran dari Retno, Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia (PWNIBHI) Kemlu, Lalu Muhamad Iqbal, mengatakan bahwa Al-Hudaydah dipilih menjadi tempat tujuan evakuasi karena dianggap cukup aman.
"Tidak ada satu daerah pun yang bisa dikatakan aman 100 persen di Yaman. Tujuan kita sekarang adalah memindahkan dari daerah tidak aman ke yang lumayan aman. Di Al-Hudaydah ada airport. Jadi, kemungkinan teknis dari jalur udara bisa dilakukan," papar Iqbal.
Sebelumnya, Iqbal mengatakan bahwa jalur udara ditutup akibat perang yang berkecamuk. Namun, kini otoritas Yaman membuka kesempatan bagi pemerintah asing yang ingin mengevakuasi warganya.
"Kemarin ada opening buat kita. Bisa pakai bandara sekian jam, dengan pesawat jenis tertentu. Kita ambil kesempatan itu," kata Iqbal.
Melihat kesempatan terbuka, pemerintah bergerak cepat dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
"Waktu saya sedang di Hainan (Tiongkok), saya sudah menghubungi Panglima Tentara Nasional Indonesia, menjajaki kemungkinan pakai pesawat TNI untuk menjemput WNI di Yaman," ucap Retno.
Setelah itu, pihak PWNIBHI lantas menindaklanjuti upaya komunikasi Retno.
"Kami sedang koordinasi dengan TNI AU untuk mengetahui pesawat apa yang akan dipakai," ucap Iqbal.
Selain dari udara, pemerintah juga sedang menggodok pilihan jalur evakuasi lain, yaitu darat dan laut. Dari darat, pemerintah telah menyiapkan dua opsi, yaitu menuju Oman dan Arab Saudi.
"Untuk Oman, bisa melalui Shalala. Muscat sudah bersedia bantu persiapan evakuasi. Untuk ke Arab Saudi, bisa melalui Jizan. Sudah ada bantuan dari KJRI Jeddah yang ke Jizan untuk bantu persiapan evakuasi," papar Retno.
Yaman semakin berkobar saat koalisi serangan udara di bawah komando Arab Saudi melancarkan serangan guna memukul mundur pemberontak Syiah Houthi yang mulai menguasai Aden, benteng terakhir Presiden Yaman, Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Saudi memulai serangan para Rabu (25/3) malam dan Hadi telah angkat kaki dari negaranya pada Kamis. Hadi kini berada di Riyadh, Arab Saudi.
(ama)