Jakarta, CNN Indonesia -- Kecelakaan pesawat Germanwings di pegunungan Alpen Perancis, Selasa (24/3) lalu membawa tambahan petaka bagi CEO Lufthansa, Carsten Spohr. Tantangannya untuk memenangi persaingan bidang penerbangan semakin berat. Sebab, kecelakaan Germanwings terjadi di tengah kondisi kritis Lufthansa di dunia penerbangan.
Diberitakan Reuters, Lufthansa tengah menghadapi harga tiket yang merosot dan biaya operasional serta gaji staf yang meningkat. Spohr ditantang untuk mengikuti jejak IAG, induk perusahaan British Airways, agar membuat penerbangan itu lebih kompetitif di era kini.
Ia juga dituntut membuat biaya lebih turun agar dapat bersaing dengan penerbangan jarak pendek seperti Ryanair atau easyJet, dan jarak panjang seperti Emirates serta Turkish Airlines. Namun hasilnya mengecewakan. Maskapai justru dirugikan sampai sebesar US$ 216 juta (Rp 2,8 triliun) sejak April lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditanya soal strategi ke depan, Spohr mengelak. Ia mengatakan, terlalu dini untuk mendiskusikan itu, setelah tragedi Germanwings yang merupakan anak perusahaan Lufthansa, menewaskan 150 orang sekaligus di pesawat. Kata Spohr, saat ini maskapai fokus pada pengurusan keluarga dan kerabat korban.
Spohr menekankan, yang jelas Lufthansa akan terus mengutamakan keselamatan. "Pilot kami akan terus menjadi yang terbaik di dunia," ujarnya pekan lalu, setelah kecelakaan.
Batal berulang tahunDiketahui, ia sempat mendapat cercaan dari masyarakat agar mempertimbangkan kembali peraturan kokpit setelah kecelakaan terjadi. Itu karena kecelakaan disebabkan kopilot Andreas Lubitz diduga bunuh diri dengan mengarahkan pesawat menabrak pegunungan.
Tragedi itu mengejutkan perusahaan yang membanggakan diri soal seleksi dan pelatihan terbaik untuk pilotnya. Itu menyebabkan saham Lufthansa mencapai posisi terendah dalam empat bulan terakhir. Kamis (26/3) saham itu merosot setelah pihak berwenang mengatakan Lubitz mengunci kokpit dan tak memperbolehkan kapten masuk, kemudian menabrakkan pesawatnya.
Beruntung, setidaknya pengamat mencatat bencana itu disebabkan kesalahan pribadi sang kopilot, bukan kerusakan yang membawa nama Lufthansa. Namun bagaimana pun, perusahaan tetap dianggap bertanggung jawab.
Lufthansa memang terlihat sangat berkabung. Perusahaan itu sampai membatalkan perayaan ulang tahun ke-60, karena masih dalam suasana duka cita untuk keluarga korban Germanwings. Mulanya, perayaan rencana digelar 15 April.
(rsa)