Diskusi Nuklir Iran Molor Akibat Khamenei?

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Kamis, 02 Apr 2015 16:35 WIB
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, diduga menjadi salah satu alasan perundingan nuklir Iran mandek dan terancam kandas.
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, diduga menjadi salah satu alasan perundingan nuklir Iran mandek dan terancam kandas. (Dok. Wikimedia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perundingan nuklir Iran yang tak juga mencapai kesepakatan setelah tenggat waktu pada akhir Maret usai salah satunya disebabkan oleh kebijakan yang mengharuskan segala sesuatu yang terjadi di Iran harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Perundingan kini memasuki hari ketujuh, dengan jaminan bahwa perjanjian bersejarah akan segera dicapai. Namun, kegagalan masih menghantui perundingan ini, yang dinilai akan menyebabkan terpecahnya pihak-pihak yang bersengketa.

Sumber yang dekat dengan perundingan menyatakan kepada media Inggris, The Independent bahwa delegasi Iran berulang kali harus kembali ke Teheran untuk meminta izin, di tengah ketidakpastian negara-negara Barat tentang sikap Ayatollah Khamenei.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam cuitan terbarunya di media sosial Twitter, Khamenei yang saat ini menginjak usia 75 tahun menuntut bahwa perundingan harus diikuti dengan berakhirnya sanksi ekonomi. Khamenei juga menuntut bahwa negaranya diperbolehkan untuk melakukan penelitian nuklir tanpa ada pembatasan.



Namun, permintaan Khamenei tersebut tidak disetujui oleh tim negosiasi internasional yang terdiri atas Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Perancis, Jerman dan Tiongkok, atau yang dikenal dengan P5+1 ini.

"Penghapusan sanksi akan terjadi segera setelah kesepakatan tercapai ... jika tidak, kita tidak akan setuju," kata Khamenei dalam pidato peringatan Tahun Baru Persia awal bulan ini.

Negosiator senior Iran, Abbas Araghchi berharap bahwa perundingan ini dapat cepat mencapai kata sepakat.

"Kami berharap dapat menyelesaikan perundingan, (tapi) kami mendesak pencabutan sanksi keuangan, minyak dan perbankan dengan segera. Kami meminta penelitian (nuklir) dengan sentrifugal yang mumpuni tetap dilanjutkan," kata Araghchi.

Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan Amerika Serikat melihat perundingan ini akan segera berakhir.

"Tiba waktunya bagi Iran untuk membuat beberapa keputusan," kata Earnest, dikutip dari The Independent.

Menteri Luar Negeri Inggris, Philip Hammond dan Menlu Rusia Sergei Lavrov, menyebutkan bahwa kerangka perjanjian telah ditetapkan meskipun tenggat waktu pada Selasa (31/4) berlalu tanpa kesepakatan.

"Kami telah memiliki kerangka kerja dengan pemahaman yang luas, namun masih ada beberapa isu kunci yang kita harus sepakati," kata Hammond.

Lavrov menilai "semua aspek kunci" telah disepakati secara umum, dan dapat dikembangkan lagi pada Juni mendatang.

"Saya cukup yakin bahwa kesepakatan umum pada semua aspek kunci telah disepakati," kata Lavrov.

Meskipun demikian, menurut Menlu Perancis Laurent Fabius, disepakatinya sejumlah "aspek kunci" yang dikemukakan Lavrov dan Hammond sepertinya belum dapat membuahkan sebuah kesepakatan final dari perundingan ini.

"Ya, pembicaraan memang telah berkembang, namun tidak cukup membuat kita mencapai kesepakatan dalam waktu dekat," kat Fabius.

Nada peringatan pun dilontarkan oleh Menlu Tiongkok, Wang Yi. "Jika pembicaraan terus molor, maka semua upaya yang telah dilakukan sebelumnya untuk menyelesaikan sengketa nuklir Iran ini akan sia-sia, " kata Yi.

Jika sanksi terhadap Iran jadi dicabut, ada kemungkinan Rusia, Tiongkok dan India tidak mendukung kelanjutan sanksi PBB atas Iran. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER