Puluhan WNI Pulang dari Yaman, Ratusan Lain Menunggu Evakuasi

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Rabu, 08 Apr 2015 13:17 WIB
Sebanyak 71 WNI yang dievakuasi dari Yaman dijadwalkan tiba di Tanah Air pada hari ini, Rabu (8/4). Sementara itu, 500 WNI menunggu dievakuasi dari Hadhramaut.
Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi, menyambut kedatangan 106 WNI yang dievakuasi dari Yaman pada Minggu (5/4). Hingga saat ini, 700 WNI sudah berhasil dievakuasi ke Tanah Air. (CNN Indonesia/Aulia Bintang Pratama)
Jakarta, CNN Indonesia -- Melihat kecamuk perang di Yaman yang kian bergemuruh, pemerintah terus melakukan intensifikasi evakuasi warga negara Indonesia di negara tersebut. Hari ini, Rabu (8/4), 71 WNI yang dievakuasi dari Yaman dijadwalkan tiba di Tanah Air.

Menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Christiawan Nasir, 71 WNI ini terbagi menjadi dua kloter. Kelompok pertama berisi 11 orang yang sebelumnya sudah berhasil berlayar dari Kota Aden di Yaman ke Djibouti. Mereka akan tiba di Bandar Udara Soekarno Hatta pukul 22.05 WIB.

Kloter kedua adalah 60 WNI yang sebelumnya berhasil diangkut dari Al Hudaydah, Yaman, menuju Jizan, Arab Saudi. Mereka sudah ditransfer ke Salalah, Oman, untuk kemudian diterbangkan ke Indonesia dan akan tiba pada pukul 22.30 WIB.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, Tata, demikian sapaan akrab Arrmanatha, juga mengabarkan perkembangan terbaru WNI yang bersedia dievakuasi dari Provinsi Hadhramaut.

"Terdaftar saat ini sekitar 300 WNI yang bersedia untuk dievakuasi di Tarim dan 200 WNI yang bersedia dievakuasi di Al Mukalla," ujar Tata kepada CNN Indonesia, Rabu (8/4).

Merujuk pada data awal Kemlu, dari 4.159 WNI di Yaman, konsentrasi terbesar berada di Hadhramaut, yaitu sekitar 3.600 orang. Namun, banyak WNI yang berdiam di Hadhramaut enggan dievakuasi lantaran menganggap wilayahnya aman.

Dari 3.600 orang tersebut, 2.226 di antaranya adalah mahasiswa yang sangat berat meninggalkan pendidikannya, apalagi di tengah masa ujian seperti sekarang. Belum lagi, sempat tersiar kabar bahwa Universitas Al Ahgaff di Tarim, Hadhramaut, mengimbau mahasiswanya untuk tidak keluar dari Yaman. Jika meninggalkan Yaman, maka proses studi akan terhambat dan terputus dengan konsekuensi mengulang satu tahun.

Guna melakukan dialog, tim evakuasi pemerintah yang diperkuat oleh personel Polri dan Kemlu telah bertandang ke Tarim.
Serangan udara oleh Saudi bersama negara sekutunya masih terus memborbardir wilayah-wilayah Yaman
"Dari sana, kita dapat info positif, yaitu dua opsi, untuk yang kemungkinan kembali ke Yaman dan tidak," ujar Menteri Luar Negeri RI, Retno Lestari Priansari Marsudi, dalam jumpa pers di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin (6/4).

Dalam perbincangan tersebut, dicapai kesepakatan bahwa jika mahasiswa tersebut nantinya kembali ke Yaman, proses belajar dapat langsung dilanjutkan tanpa penghapusan masa studi. Opsi kedua, jika situasi buruk, mahasiswa dapat mengikuti ujian di cabang Al Ahgaff di Cirebon.

"Yang penting adalah keselamatan dan kami jamin hak-hak akademis tidak terkurangkan," tutur Retno.

Retno terus mendorong mahasiswa untuk mau dievakuasi. Pasalnya, situasi perang di Yaman tidak dapat ditebak.

"Saya mengimbau demikian mumpung masih ada opsi evakuasi. Kita tidak tahu kapan semua opsi tertutup dan tidak bisa melakukan apapun," kata Retno.

Sebenarnya, pemerintah telah menggodok rencana evakuasi sejak kelompok pemberontak Houthi mulai mengambil alih pemerintahan pada September lalu. Upaya intensifikasi pun dilaksanakan setelah Arab Saudi menginisiasi koalisi serangan udara untuk menggempur Houthi demi mendukung pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi pada 24 Maret. Kini, 700 dari 4.159 WNI sudah tiba di Tanah Air. (stu/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER