Jakarta, CNN Indonesia -- Satu usul struktur pemegang saham Bank Investasi Infrastruktur Asia, AIIB, membuka jalan bagi Tiongkok untuk memiliki pengaruh terbesar dalam bank baru tersebut.
Sumber-sumber menyatakan usul ini kemungkinan besar akan dibicarakan dalam pertemuan negara-negara anggota di Washington minggu ini.
Seorang pejabat pemerintah India yang mengetahui rencana itu mengatakan kepada Reuters bahwa para anggota AIIB akan bertemu di sela-sela pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
India adalah salah satu negara yang paling dulu menyatakan diri menjadi anggota AIIB.
Setiap negara Asia yang menjadi anggota kemudian akan mendapatkan bagian dari 75 persen saham itu berdasarkan ukuran perekonomiannya. Formulasi ini menjamin Tiongkok akan menjadi suara tunggal terbesar di AIIB.
Dua sumber pemerintah Jepang mengatakan bahwa Tiongkok telah menjabarkan rincian AIIB ini kepada Jepang dalam upaya mendorong Tokyo menjadi anggota. Akan tetapi, Tokyo masih belum mengambil keputusan karena hubungan dekatnya dengan Amerika Serikat yang sebelumnya memperingatkan negara lain agar berhati-hati dengan AIIB.
“Dengan melihat kontribusi berdasarkan PDB, jika Nomor 1 dan Nomor 3, yaitu AS dan Jepang, tidak masuk, maka Tiongkok akan memiliki kuota saham dan suara yang paling besar,” ujar seorang pejabat Jepang.
“Tidak akan ada negara yang bisa menentang Tiongkok. Jika Jepang menjadi angggota, negara ini akan memiliki pengaruh yang berarti,” ujar pejabat tersebut melanjutkan.
Sementara, Kementerian Keuangan Tiongkok enggan memberikan tanggapan terkait masalah ini.
Sebelumnya, AS memperingatkan negara-negara agar hati-hati jika ingin bergabung dalam AIIB, dengan mengutip kurang transparan dan keraguan terkait jaringan keamanan pemberian kredit dan masalah lingkungan, serta besarnya pengaruh yang akan dimiliki oleh Beijing.
Namun, sejumlah negara sekutu besar AS, seperti Inggris, Perancis, Jerman, Australia dan Korea Selatan, tetap memutuskan untuk bergabung.
Bukan Aliansi PolitikJin Liqun, sekretaris jenderal sekretarian sementara Tiongkok yang bertugas mendirikan AIIB, pada Sabtu (11/4) di Singapura mengungkapkan bahwa belum jelas apakah struktur kepemilikan saham itu akan juga disepakati pekan ini.
Pejabat India yang menjadi sumber kantor berita Reuters mengatakan kepemilikan saham total Asia adalah antara 70 dan 75 persen tergantung apakah Jepang akan bergabung atau tidak.
Satu rincian metode untuk menentukan jumlah saham yang dimiliki satu negara masih belum diputuskan, meski kemungkinan hal itu didasarkan pada nilai nominal PDB satu negara atau PDB yang dihitung berdasarkan keseimbangan daya beli atau campuran antara kedua formulasi ini.
Keseimbangan daya beli akan lebih menguntungkan negara-negara berkembang dibandingkan negara kaya seperti Jepang.
Lebih dari 50 negara Asia, Eropa dan Timur Tengah telah mendaftarkan diri untuk bergabung dalam AIIB, meski Amerika Serikat mengecamnya.
Beijing telah menyatakan tidak akan memiliki hak veto di AIIB, tidak seperti Washington yang memiliki hak veto terbatas di Bank Dunia.
Beijing juga menyatakan bahwa satu dewan gubernur akan mengendalikan operasi bank baru itu. Anggota-anggota pendiri pada awalnya wajib membayar seperlima dari modal AIIB sebesar US$50 miliar, atau setara dengan Rp645 triliun, yang pada akhirnya akan mencapai US$100 miliar, atau senilai Rp1.290 triliun.
Brasil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan juga akan melangsungkan pertemuan di Washington untuk melicinkan rincian satu bank pembangungan internasional lain yaitu BRICS yang diluncurkan tahun lalu.
“Idealnya semua akan siap pada 2016,” ujar seorang pejabat Brasil yang menambahkan bahwa masalah tata kelola akan juga dibicarakan di Washington.
(ama/ama)