Kaisar Jepang Kunjungi Medan Perang PD II

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Rabu, 08 Apr 2015 14:27 WIB
Kaisar Jepang, Akihito, bertolak ke Kepulauan Palau untuk mengunjungi medan Perang Dunia II pada Rabu (8/4).
Kaisar Akihito selalu mengingatkan warga Jepang untuk tidak melupakan sejarah. (Reuters/Issei Kato)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kaisar Jepang, Akihito, bertolak ke Kepulauan Palau untuk mengunjungi medan Perang Dunia II pada Rabu (8/4). Hal ini dilakukan untuk membalut luka yang masih membekas di Asia, 70 tahun setelah perang berakhir.

Pada 1944, 10 ribu pasukan Jepang bertempur atas nama ayah Akihito, Kaisar Hirohito, melawan 1.600 tentara Amerika Serikat di Pulau Peleliu, Palau. Namun, mereka tidak menyadari ketika akhirnya Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945. Akhirnya, 34 tentara Jepang bersembunyi di hutan tersebut hingga April 1947.

"Kami percaya kami tidak boleh melupakan bahwa kepulauan yang indah di Laut Pasifik tersebut memiliki sejarah tragis," ujar Akihito sebelum pergi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan anggota kabinet Perdana Menteri Shinzo Abe, Yoshitaka Shindo, mengatakan bahwa lawatan Akihito ini sama sekali tidak bermaksud untuk mengorek luka lama.

"Namun, jika mereka yang tewas tidak pernah hidup, kami tidak akan ada di dunia sekarang. Jadi, kami tidak boleh melupakan leluhur kami," ucap Yoshitaka, cucu dari tentara Jepang yang berlaga dalam pertempuran berdarah di Iwo Jima.

Selain membalut luka di dalam negeri, Akihito juga dikenal sering melakukan upaya rekonsiliasi dengan negara mantan musuh dalam PD II. Pada 1992, Akihito menjadi petinggi Jepang pertama yang bertandang ke Tiongkok, di mana kenangan perang masih membekas.

Akihito dan Permaisuri Michiko memperingati 60 tahun berakhirnya konflik tersebut dengan perjalanan ke Saipan, medan perang sengit pada 1944.

Kaisar yang dikenal dengan tutur kata lembut ini juga kerap mengingatkan Jepang untuk tidak melupakan sejarah. Hal ini pula yang disampaikan oleh Akihito ketika mendengar Abe akan mengubah bunyi permintaan maaf kepada Korea Selatan dan Tiongkok atas perbudakan prostitusi di masa penjajahan PD II.

"Ia terus mengingatkan bahwa warga Jepang harus merefleksikan sejarah mereka, termasuk bab gelapnya," kata pengarang buku "The People's Emperor: Democracy and the Japanese Monarchy, 1945-1995", Kenneth Ruoff.

Imbauan Akihito ini disambut baik oleh generasi muda Jepang yang takut sejarah mereka akan luntur.

"Sekarang, kami masih memiliki veteran dan keluarga mendiang yang bisa menceritakan pengalaman mereka, tapi orang-orang itu sekarang semakin tua dan sulit mendengar cerita mereka dari orang pertama," tutur seorang pelajar, Atsushi Hirano, yang sering berkunjung ke medan pertempuran untuk mengumpulkan sisa-sisa perang dan membawanya pulang.

Melihat dampak besar dalam masyarakat, seorang veteran perang Jepang merasa bersyukur atas ziarah kaisar ini.

"Kami merasa kami harus berperang untuk negara, kekaisaran, dan keluarga kami. Saya sangat bersyukur kaisar pergi ke tempat-tempat seperti Saipan dan Palau," ujar Masao Horie, veteran yang bertempur di Papua Nugini, di mana para tentara Jepang lebih banyak tewas akibat kelaparan ketimbang berperang. (stu/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER