Kathmandu, CNN Indonesia -- Seakan belum cukup menderita akibat gempa 7,9 skala richter yang menewaskan sedikitnya 4.000 orang, warga Nepal terus tersiksa akibat guncangan susulan yang tidak kalah dahsyatnya. Seorang warga di Kathmandu menceritakan kondisi di kotanya kepada CNN Indonesia, Selasa (28/4).
Nirajan Bom Malla dari wilayah Bishalnagar, Kathmandu, mengatakan lebih dari 100 gempa susulan terjadi sejak gempa besar mengguncang Nepal Sabtu pekan lalu. Bahkan, saat wawancara dengan CNN Indonesia, gempa berkekuatan 4,5 skala richter menggoyang tempatnya mengungsi.
Menurut pria 26 tahun ini, gempa susulan semakin melemahkan semangat masyarakat yang telah kehilangan sanak keluarga dan rumah mereka. "Masyarakat menjadi lemah mentalnya karena terlalu banyak gempa susulan. Warga Nepal di luar negeri juga mengkhawatirkan keadaan keluarga mereka," ujar Nirajan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketakutan masyarakat kian bertambah karena berkembangnya rumor tidak sedap soal gempa susulan yang akan terjadi berikutnya.
 Kehancuran akibat gempa di Kathmandu, Nepal. (Istimewa/Nirajan Bom Malla) |
Titik pusat gempa Nepal dilaporkan terjadi di 80 kilometer sebelah baratlaut Kathmandu. Gempa berdampak parah karena menurut data USGS memiliki kedalaman hanya 2 kilometer, artinya gempa dangkal.
Gempa menghancurkan banyak bangunan bersejarah, termasuk kuil warisan dunia versi UNESCO di alun-alun Basantapur Durbar dan menara Dharara, keduanya di pusat kota Kathmandu. Sebanyak 250 orang tewas saat Dharara runtuh.
Rumah Nirajan hanya terletak 4 kilometer dari menara tersebut. Beruntung rumahnya tidak roboh karena terbuat dari beton dan memiliki pondasi yang kuat. Namun tidak demikian halnya dengan rumah dari lumpur atau bertingkat tiga yang kebanyakan ambruk.
"Saya sedang di rumah bersama keluarga. Itu adalah momen yang menakutkan," ujar Nirajan.
 Kehancuran akibat gempa di Kathmandu, Nepal. (Istimewa/Nirajan Bom Malla) |
Usai gempa, dia berkeliling memantau kota dengan sepeda motor. Kehancuran yang mengerikan disaksikannya, diabadikan dengan kamera. Reruntuhan bangunan hancur. Kengerian seorang yang kehilangan keluarga terkasih sangat memilukan.
"Saya bertemu seorang pria yang kehilangan putra yang digendongnya. Pria ada dalam sebuah rumah yang ambruk. Lebih dari 20 orang meninggal di rumah itu," kata Nirajan.
Saat ini dia dan keluarganya mendirikan tenda, tidak berani masuk ke dalam rumah. Pemerintah mulai menggapai masyarakat di pedalaman, setelah selama dua hari tidak bekerja hanya di perkotaan.
Listrik baru menyala kemarin malam. Operator ponsel memberikan telepon gratis bagi warga, namun kebanyakan tidak bisa menikmatinya karena jaringan sangat sibuk.
Kondisi makin memprihatinkan karena warga mulai kekurangan makanan dan minuman. "Saya mendapat berita, terjadi penjarahan di beberapa bagian kota," lanjut Nirajan.
(den/den)