Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok militan ISIS kembali menebarkan teror di Libya. Kelompok yang berupaya mendirikan negara Islam di Irak dan Suriah ini dikabarkan memenggal lima wartawan yang bekerja untuk sebuah stasiun TV Libya. Jenazah kelima korban ditemukan dengan leher tergorok di luar kota al-Bayda, bagian timur Libya, Senin (27/4).
Dilaporkan Reuters, para wartawan menghilang sejak Agustus, ketika mereka meninggalkan Kota Tobruk yang berada di timur Libya setelah meliput pelantikan anggota parlemen terpilih.
Rombongan wartawan tersebut menuju Benghazi, dengan rute melewati Derna, wilayah yang disebut-sebut sebagai markas ISIS di Libya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faraj al-Barassi, seorang komandan militer kabupaten di Libya timur mengungkapkan bahwa militan yang yang loyal kepada ISIS bertanggung jawab atas pembunuhan keji lima wartawan ini.
"Lima tubuh dengan leher tergorok yang ditemukan hari ini di hutan Green Mountain," kata Barassi, dikutip dari Al-Arabiya.
Hutan Green Mountain terletak di wilayah jarang penduduk, sebelah timur dari Benghazi. Barassi tidak menyebutkan kapan tepatnya kelima wartawan diyakini tewas.
Para wartawan tersebut terdiri dari empat warga negara Libya dan satu warga negara Mesir. Kelimanya bekerja untuk Barqa TV, sebuah stasiun televisi yang mendukung federalisme untuk Libya timur.
Organisasi wartawan yang mempromosikan kebebasan pers dan berbasis di Brussels, Federasi Jurnalis Internasional (IFJ), mengungkapkan bahwa para wartawan diculik di sebuah pos pemeriksaan ISIS dan tewas "baru-baru ini".
"Kami sangat terkejut dengan pembantaian brutal ini. ISIS bertujuan untuk menakuti, namun kami hanya bisa merasakan kesedihan yang besar dan bertekad agar sang pembunuh bertanggung jawab atas kejahatan mereka," kata Kepala IFJ, Jim Boumelha.
Sejumlah militan yang loyal kepada ISIS memanfaatkan kesempatan kekosongan keamanan di Libya dengan membuat berbagai kekacauan. Empat tahun setelah tersingkirnya Muammar Qaddafi, Libya kini terbelah dengan dua faksi mengklaim pemerintahan yang sah.
Pemerintah yang diakui secara internasional berbasis di timur Libya setelah ibukota Tripoli direbut kelompok yang menamakan diri mereka Libya Dawn pada Agustus lalu.
Sebelumnya, ISIS telah membuktikan eksistensi diri di Libya dengan mengeksekusi 21 warga negara Mesir penganut Kristen Koptik. ISIS juga bertanggung jawab atas pembunuhan 30 warga Ethiopia, dan berbagai serangan ke hotel mewah di Tripoli, kedutaan dan ladang minyak.
(ama/stu)