Tripoli, CNN Indonesia -- Sejumlah pesawat tempur dari pemerintah Libya yang diakui secara internasional menjatuhkan bom di bandara komersial yang masih beroperasi di ibu kota Tripoli yang dikuasai oleh pemerintahan tandingan, pada Kamis (19/3).
Bandara Matiga, sebuah pangkalan militer yang dialihfungsikan sebagai bandara untuk penerbangan komersial sejak bandara utama ditutup, rusak parah utamanya di bagian landasan pacu.
Juru bicara bandara menyatakan landasan kini tengah diperbaiki dan diharapkan dapat selesai secepat mungkin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serangan bom ini merupakan salah satu dari serangkaian serangan antara pemerintah dan faksi pemerintah tandingan yang terus berupaya untuk menguasai negara Afrika Utara yang kaya minyak ini, sejak Muammar Gaddafi digulingkan.
Perdana Menteri dari pemerintahan yang diakui, Abdullah al-Thinni, dan parlemen yang terpilih telah mundur ke Libya timur sejak faksi bersenjata, dikenal dengan nama Libya Dawn, merebut Tripoli pada musim panas lalu, dan mendirikan pemerintahan tandingan.
"Kami melawan jet yang melakukan serangan udara di bandara Matiga pada pagi hari yang merusak landasan pacu," kata juru bicara bandara Abdulsalam Buamoud. Serangan ini tidak menimbulkan korban jiwa.
Mohamed El Hejazi, juru bicara dari pasukan sekutu Thinni, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. "Serangan ini merupakan bagian dari perang melawan terorisme yang akan berlanjut sampai Libya telah dibebaskan dari terorisme," katanya.
Serangan itu terjadi beberapa hari setelah para pejabat di Zintan, sebuah wilayah barat yang bersekutu dengan Thinni, menuduh pemerintahan tandingan di Tripoli meluncurkan serangan udara terhadap bandara lokal.
Kedua belah pihak bersekutu dengan faksi-faksi bersenjata saingan yang berupaya merebut sejumlah wilayah dan fasilitas minyak. Sementara, ancaman militan ISIS di negara ini terus mengintai.
PBB berharap kedua faksi yang bertentangan ini melanjutkan pembicaraan damai di Maroko pada Kamis (19/3), berusaha membujuk kedua belah pihak untuk membentuk pemerintah nasional dan menyepakati gencatan senjata lokal.
Pembicaraan antar kedua faksi telah berlangsung sejak September. PBB menyatakan pada awal bulan ini bahwa perbincangan mulai mengalami kemajuan, namun mantan kelompok pemberontak yang membantu menggulingkan Muammar Gaddafi pada tahun 2011 ini tak juga mengambil sikap.
(ama/stu)