Perekrut Mary Jane Senang Eksekusi Mati Ditunda

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Kamis, 30 Apr 2015 18:01 WIB
Perekrut Mary Jane, Maria Kristina Sergio, mengaku senang eksekusi Mary Jane ditunda pada menit-menit terakhir, Rabu (29/4) dini hari lalu.
Perekrut Mary Jane, Maria Kristina Sergio mengungkapkan bahwa dia menerima ancaman dari keluarga Mary Jane. (Reuters/Dok. Reuters TV)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perekrut Mary Jane, Maria Kristina Sergio, mengaku senang Mary Jane lolos dari moncong senapan regu tembak di Nusakambangan pada menit-menit terakhir, Rabu (29/4) dini hari lalu.

Maria mengungkapkan bahwa kedatangannya ke kantor polisi provinsi Nueva Ecija pada Selasa (28/4) kurang lebih berpengaruh terhadap penundaan eksekusi mati Mary Jane.

"Saya senang bahwa Mary Jane mendapat penangguhan hukuman untuk eksekusinya. Kedatangan saya ke kantor polisi mungkin telah membantu (kasusnya)," kata Maria, dilansir dari media Filipina, Inquirer, Kamis (30/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, kedatangan Maria bukan untuk menyerahkan diri. Maria menekankan bahwa dia tidak bersalah dan hanya ingin membantu Mary Jane mencari pekerjaan di luar negeri.

Maria tetap bersikeras bahwa dia tidak terlibat dalam sindikat perdagangan narkoba. Dia juga mengklaim tidak tahu-menahu soal tas yang diberikan kepada Mary Jane, yang ternyata berisi 2,6 kilogram heroin.

Meminta perlindungan

Maria menegaskan bahwa kedatangannya ke kantor polisi adalah untuk meminta perlindungan. Maria mengklaim bahwa mendekati eksekusi mati, dia mendapat banyak ancaman dari keluarga Mary Jane.

Maria mengungkapkan bahwa dia menerima ancaman via telepon dari seorang pria yang diyakini sebagai suami Mary Jane, Michael Candelaria, sesaat setelah dia diwawancara oleh sebuah stasiun TV Filipina.

"Pada minggu pertama bulan April, setelah wawancara di TV, saya menerima beberapa panggilan telepon dari orang yang berbeda dan dari suami Mary Jane," katanya.

"Hidupmu tinggal sebentar lagi," kata Maria mengutip ancaman yang dia terima.

"Dia memperingatkan saya bahwa jika Mary Jane dieksekusi, dia akan membunuh saya dan keluarga saya," katanya dalam sebuah pernyataan kepada polisi.

Tak hanya dari telepon, Maria juga mengklaim dia menerima ancaman mati dari sejumlah pesan singkat yang dikirimkan dari nomor ponsel yang berbeda-beda.

Maria menyatakan bahwa orang tua Mary Jane juga ikut menyalahkannya atas hukuman yang dijatuhkan kepada putri mereka.

Bukan kriminal

"Saya ingin menjelaskan bahwa saya dan pasangan hidup saya, Julius Lacanilao, tidak menyerahkan diri. Kami meminta perlindungan pemerintah dari orang-orang yang mengancam kami," katanya.

"Saya bukan seorang kriminal," kata Maria melanjutkan.

Meskipun Maria telah mendengar bahwa namanya tercantum dalam laporan Biro Investigasi Nasional soal penipuan, perekrutan ilegal dan perdagangan manusia, hingga saat ini Maria belum menerima salinan dakwaan tentang kasus tersebut.

"Saya bukan seorang kriminal. Jika mereka ingin menangkap dan menyelidiki saya, saya bersedia untuk melakukan itu. Tapi tolong, berikan saya seorang pengacara untuk membantu saya," katanya.

"Saya lebih suka diselidiki di markas besar Kepolisian Nasional Filipina," ujar Maria.

Setelah mendatangi kantor polisi Filipina pada Selasa (29/4) pukul 10.30 siang, Maria menghabiskan malam di kantor kepala kontra intelijen Inspektur Julius Ceazar Manucdoc.

Menurut keterangan Komnas Perempuan RI, Mary Jane pergi merantau ke luar negeri dari desa kelahirannya di Caudillo, sebuah desa di pinggiran kota Cabanatuan, Nueva Ecija, Filipina, untuk mencari nafkah.

Mary kemudian direkrut oleh tetangganya, Maria, untuk bekerja di Malaysia sebagai pembantu rumah tangga secara ilegal. Untuk ke Malaysia, Mary Jane menggadaikan motor dan ponselnya. Namun itu masih kurang untuk menutupi biaya keberangkatan sehingga gaji Mary di Malaysia menurut Maria bakal dipotong selama tiga bulan pertama.

Tetapi setibanya di Kuala Lumpur, pekerjaan yang dijanjikan ternyata sudah tak lagi tersedia. Mary Jane lalu diminta Maria untuk ke Indonesia. Ia dijanjikan bakal segera dipekerjakan sekembalinya dari Indonesia.

Ketika hendak ke Indonesia, tepatnya Yogyakarta, Mary Jane dibekali uang US$500 dan diberi tas untuk menyimpan pakaian dan peralatan pribadinya. Ternyata ke dalam tas itu dimasukkan pula heroin 2,6 kilogram. Begitu mendarat di Bandara Adisucipto, Mary ditangkap otoritas Indonesia.

Mary Jane dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati pada 20 Oktober 2010. (ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER