Jakarta, CNN Indonesia -- Sekitar 1.000 warga negara Eropa hingga kini masih dinyatakan hilang di Nepal setelah gempa berkekuatan 7,9 SR mengguncang negara tersebut pekan lalu.
Delegasi dari Uni Eropa, Rensje Teerink, mengkonfirmasi sejauh ini 12 warga dari Uni Eropa dinyatakan tewas.
"Kami tak tahu di mana keberadaan mereka, atau bagaimana kondisi mereka," kata Duta Besar Uni Eropa Rensje Teerink di ibu kota Kathmandu, dikutip dari Channel NewsAsia, Sabtu (2/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Teerink memaparkan bahwa sebagian besar dari warga Eropa yang hilang diketahui sebagai wisatawan yang tengah mengunjungi wilayah Langtang dan Lukla ketika gempa terjadi.
Langtang merupakan wilayah pendakian yang berlokasi di sebelah utara ibu kota Kathmandu yang dilanda sejumlah gempa susulan yang mengakibatkan longsor.
Sementara Lukla merupakan wilayah pendakian awal bagi para wisatawan yang ingin melakukan pendakian selama sembilan hari menuju tenda pendakian berikutnya di gunung tertinggi di dunia, Gunung Everest.
Sepekan berlalu, gempa di Nepal mengakibatkan ribuan orang tewas. Hingga Jumat (1/5), korban tewas mencapai lebih dari 6.000 jiwa. Angka ini diperkirakan akan terus bertambah, seiring dengan berbagai laporan sulitnya bantuan dan evakuasi di daerah terpencil yang aksesnya tertutup longsor.
Banyak wisatawan mancanegara tengah mengunjungi Nepal, yang terkenal sebagai destinasi wisata para pendaki gunung, ketika gempa melanda.
Para diplomat asing mengungkapkan mereka kesulitan mencari jejak para wisatawan asing, karena umumnya para pendaki asing tidak melaporkan keberadaan mereka di masing-masing kedutaan besar di Nepal.
Hingga Jumat (1/5) d
ata dari Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia (PWNI-BHI), Lalu Muhammad Iqbal, menunjukkan bahwa terdapat 97 WNI yang teridentifikasi berada di Nepal saat gempa terjadi.
Sebanyak 87 WNI sudah diketahui kondisinya. Dari jumlah tersebut, sebanyak 27 orang sudah berada di luar Nepal. Sementara, sebanyak 10 WNI lainnya hingga kini belum terindentifikasi.
Rabu lalu, ratusan warga Nepal yang lelah menunggu lambatnya bantuan dari pemerintah meluncurkan aksi protes dengan menghalangi jalan dan memblokir truk bantuan.
Perdana Menteri Nepal Sushil Koirala mengatakan jumlah korban tewas bisa mencapai 10 ribu jiwa, seiring dengan laporan soal jumlah korban dan kerusakan di daerah terpencil terus meningkat. Diperkirakan, total korban jiwa dalam bencana ini dapat melebihi total korban gempa tahun 1934 yang menewaskan 8.500 jiwa di Nepal. Bencana itu disebut-sebut bencana terparah yang memukul negara Himalaya yang terletak antara India dan Tiongkok, dan berpenduduk 28 juta jiwa ini. (ama/ama)