Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan bahwa paket berisi bubuk putih mencurigakan yang diterima Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Canberra, Australia, pada Senin (4/5), bukan merupakan barang yang berbahaya.
"Hasil uji lab sudah diinformasikan bahwa itu bukan barang yang bahaya, tapi kami masih menunggu apa sebenarnya. Tapi kami sudah dapat informasi awal bahwa itu bukan barang berbahaya," ujar Retno di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (4/5).
Meski demikian, Retno bungkam ketika ditanya apakah hal tersebut merupakan bentuk teror yang dilakukan warga Australia menyusul eksekusi dua terpidana mati kasus narkoba asal warga Negeri Kangguru, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, di Nusakambangan, pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Senin (4/5) pagi, KBRI di Canberra, Australia, menerima sebuah paket berisi bubuk putih mencurigakan. Paket tersebut kini sedang dalam proses pemeriksaan oleh Kepolisian Federal Australia.
"Kejadiannya sekitar pukul 10.45, kami menerima surat. Setelah dibuka, ada bubuk putih di dalamnya," ujar Juru Bicara KBRI di Canberra, Sade Bimantara, kepada CNN Indonesia.
(
Baca juga:
KBRI di Australia Terima Paket Bubuk Putih Mencurigakan)
Setelah mendapat laporan mengenai paket mencurigakan tersebut, Kepolisian Federal Australia langsung meluncur ke gedung kedubes. Jalan di sekitar KBRI pun ditutup sementara saat proses pemeriksaan berlangsung.
"Penutupan biasa karena ada empat truk peneliti material dan memang ketentuan saat proses investigasi, jalan harus ditutup. Hanya sebentar, sekitar satu jam dan sekarang sudah dibuka kembali," tutur Sade.
Usai investigasi di kedubes rampung, polisi membawa bubuk putih tersebut ke Departemen Kesehatan Australia untuk diteliti lebih lanjut. "Semua sudah diamankan. Kita tinggal tunggu hasil pemeriksaan," kata Sade.
Sementara itu, listrik di KBRI padam. "Hanya short circuit biasa. Saya rasa tidak ada hubungannya (dengan pengiriman paket mencurigakan)," papar Sade.
Sade sendiri belum dapat memastikan apakah pengiriman paket mencurigakan tersebut berhubungan dengan eksekusi dua terpidana mati dua warga Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, oleh Indonesia pada Rabu (29/4) dini hari.
Menurut Sade, sebelum eksekusi dilaksanakan memang ada beberapa aksi damai dari para warga Australia yang menentang eksekusi mati Chan dan Sukumaran. "Memang ada tanggal 27, 28. 29 April, tapi sekarang sudah tidak ada. Semuanya aman," ucap Sade.
Andrew Chan dan Myuran Sukumaran ditangkap di Bandara Ngurah Rai Bali saat mencoba menyelundupkan sekitar 8 kg heroin ke Australia.
Chan dan Sukumaran tewas di tangan regu tembak pada Rabu (29/4) dini hari pukul 00.35 di Nusakambangan, bersama dengan enam terpidana mati kasus narkoba lainnya. Empat di antaranya berasal dari Nigeria. Ada pula Rodrigo Gularte dari Brasil dan Zainal Abidin dari Indonesia.
Hingga saat ini, tujuh anggota Bali Nine lainnya masih mendekam dalam penjara Indonesia.
(ama/ama)