Jakarta, CNN Indonesia -- Berbagai negara bergandengan tangan mencari korban gempa Nepal dan membantu warga yang selamat. Namun, pejabat kesehatan Nepal meminta penghentian masuknya lebih banyak tim medis internasional memasuki negara itu.
Kendati demikian, tim medis Indonesia tidak diminta meninggalkan Nepal.
"Memang tidak ada permintaan resmi dari pemerintah Nepal untuk bertahan selama tiga bulan di sana, tapi mereka meminta kita untuk
stay karena peralatan kami sangat sesuai kebutuhan," ujar Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhamad Iqbal, dalam jumpa pers di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (7/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Iqbal, tim Indonesia membawa tenda rumah sakit lengkap dengan peralatan medis yang memadai. Tak hanya itu, tim juga menyediakan ransum untuk santapan selama menjalani perawatan.
"Kami menyiapkan semua kebutuhan keseluruhan pengobatan. Mulai dari makanan sampai obat-obatannya sendiri," ucap Iqbal.
Tim dokter yang dikirimkan juga tak sembarangan. Berkaca pada beberapa bencana sebelumnya, ketika gempa terjadi, kata Iqbal, masalah yang sering dijumpai adalah patah tulang.
"Oleh karena itu, kami bawa lebih banyak dokter ortopedi. Semua sesuai kebutuhan. Memang mandat pertama hanya untuk dua minggu, tapi dapat diperpanjang hingga tiga bulan," kata Iqbal.
Sementara tim kesehatan masih bekerja keras, kelompok yang mencari WNI hilang hanya dapat bergerak sedikit. Pasalnya, daerah penyisiran semakin sulit untuk diakses.
Merujuk pada data Kemlu, ada 107 WNI di Nepal ketika gempa mengguncang. Hingga kini, masih ada lima WNI yang belum diketahui keberadaannya.
Dari kelima WNI tersebut, ada tiga yang jejaknya dapat ditelusuri. Mereka adalah pendaki Gunung Everest, yaitu Jeroen Hehuwat, Kadek Andana, dan Alma Parahita. Menurut keterangan yang dihimpun tim evakuasi dari Indonesia, ketiga WNI tersebut terakhir kali terlacak di daerah Langtang.
Tim evakuasi dari Indonesia pun mendatangi posko rumah sakit di Langtang untuk mencari keberadaan WNI yang tergabung dalam Taruna Hiking Club (THC) tersebut.
"Dari 120 jasad yang ada di sana, baru 50 yang teridentifikasi. Dari 50 itu, tidak ada WNI," papar Iqbal.
Sementara itu, dua WNI lainnya belum diketahui jejaknya. "Kami sudah sebar nama mereka kepada pihak otoritas agar jika ditemukan, dapat menghubungi kami," kata Iqbal.
Dalam proses pencarian ini, tim Indonesia juga berkoordinasi dengan militer Nepal.
(stu)