Jakarta, CNN Indonesia -- Komandan Senior kelompok militan al-Qaidah di Semenanjung Arab (AQAP), Nasser bin Ali al-Ansi tewas dalam serangan udara Amerika Serikat di Yaman.
Kelompok Intelijen SITE mengungkapkan bahwa AQAP melaporkan kematian Ansi pada Kamis (7/5). Dalam laporan AQAP, disebutkan Ansi tewas bersama putra tertuanya dan pejuang al-Qaidah lainnya.
Ansi merupakan komandan yang berpengaruh dalam AQAP. Dia muncul di beberapa video yang diunggah kelompok militan ini secara daring, termasuk video yang mengklaim bahwa AQAP merupakan dalang di balik serangan di kantor majalah satire Perancis, Charlie Hebdo yang menewaskan 12 orang pada Januari lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sebuah video yang diunggah pada 14 Januari lalu, Ansi menyatakan bahwa kelompoknya lah yang "yang memilih target, merencanakan dan membiayai serangan" Charlie Hebdo, tanpa menyebut nama pemimpin kelompoknya.
Seminggu kemudian, Ansi menyerukan agar para militan yang kerap bertindak sendiri, atau
lone-wolf di negara-negara Barat seperti Amerika, Inggris, Kanada, dan Perancis, untuk melancarkan serangan yang "lebih baik dan lebih berbahaya".
Ansi juga menyerukan agar umat Muslim Sunni menghadapi milisi Syiah Houthi yang telah mengambil alih sebagian besar Yaman sejak September. Di Yaman, al-Qaidah turut memerangi Houthi karena memiliki paham Islam yang berbeda.
(
Baca juga: Siapa Saja yang Bertikai di Yaman?)
Serangan di kantor Charlie Hebdo diluncurkan oleh kakak-beradik Cherif dan Said Kouachi, warga Perancis keturunan Aljazair.
Serangan ini diikuti oleh sejumlah serangan lainnya oleh Amedy Coulibaly dan rekannya Hayat Boumeddiene. Total, 17 orang, termasuk para kartunis dan polisi wanita, tewas dalam serangan selama tiga hari di Paris.
Kakak-beradik Kouachi dan Coulibaly tewas di tangan polisi, sementara Boumeddiene diperkirakan berada di Suriah dan bergabung dengan ISIS.
(ama/ama)