China Protes Penerbangan Pengintai AS di Laut China Selatan

Reuters | CNN Indonesia
Sabtu, 23 Mei 2015 09:25 WIB
Pemerintah China menyatakan sangat tidak puas dengan penerbangan pesawat pengintai Amerika Serikat di atas wilayah Laut China Selatan yang diklaim olehnya.
Pesawat pengintai AS terbang rendah di atas pulau buatan yang sedang dalam proses pembuatan milik Tiongkok. (Reuters/Ritchie B. Tongo/Pool)
Beijing, CNN Indonesia -- China mengatakan “sangat tidak puas” setelah satu pesawat pengintai Amerika Serikat terbang di atas Laut China Selatan tempat negara itu membangun pulau buatan.

China juga mendesak Amerika Serikat menghentikan kegiatan itu atau menghadapi risiko insiden yang tidak diinginkan.

Pesawat pengintai AS yang terbang pada Rabu (20/5) itu diwarnai dengan keputusan tidak biasa Pentagon untuk mengundang tim CNN ke atas pesawat pengintai P8A-Poseidon.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Disebutkan bahwa angkatan laut China mengeluarkan delapan kali peringatan agar pesawat itu pergi dari wilayah yang diperebutkan sejumlah negara tersebut.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei mengatakan, militer negaranya berhasil mengusir pesawat itu sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dia menyebut tindakan AS itu sebagai ancaman keamanan terhadap kepulauan dan pulau karang milik China.

“Tindakan superti itu bisa menyebabkan kecelakaan, tindakan itu sangat tidak bertanggungjawab dan berbahaya serta memperburuk perdamaian dan stabilitas di wilayah,” ujarnya dalam jumpa pers Jumat (22/5).

“Kami menyampaikan rasa sangat tidak puas, kami mendesak Amerika Serikat mentaati hukum dan peraturan internasional serta menahan diri dari tindakan berisiko dan provokatif,” tambahnya.

Juru bicara Pentagon menyebut misi itu “rutin” dan penerbangan seperti itu berlangsung “beberapa hari sekali.”

Kolonel Steve Warren mengatakan pesawat Poseidon tersebut tidak terbang dalam batasan wilayah di radius 19 kilometer yang diklaim China di sekitar kepulauan buatan itu, tetapi mengatakan penerbangan semacam itu bisa terjadi di masa depan

“Kami tidak mengakui pulau-pulau itu sebagai milik siapapun tetapi merupakan bagian dari wilayah internasional,” katanya. “Bagi kami terbang melalui pulau itu, kami akan mengubah kebiasaan kami hanya karena ada pulau itu. Kebetulan saja kami belum terbang di atas wilayah itu dalam 20 tahun terakhir.”

Posisi Amerika Strikta itu menggambarkan fakta bahwa meski negera itu tidak mengakui batas wilayah China di sekitar pulau yang direklamasi itu, Amerika Serikat tidak mau membesar-besarkan masalah ini secara berlebihan, katanya.

“Penerbangan Diperbolehkan”

Washington kesulitan menemukan cara untuk mengendorkan tindakan yang digambarkannya sebagai proyek reklamasi dalam kecepatan dan skala yang “belum pernah terjadi sebelumnya”. 

Asisten Menteri Luar Negeri Bidang Asia Timur Daniel Russel, mengatakan kepada wartawan bahwa keputusan membawa awak televisi di atas Poseidon adalah demi “transparansi”.

Dia mengatakan penerbangan pesawat pengintai AS ini “diperbolehkan” dan angkatan laut serta pesawat militer AS akan “terus mempergunakan” hak bergerak di perairan dan wilayah udara internasional.

Pentagon yakin proyek itu bertujuan mengukuhkan klaim China atas sebagian besar wilayah Laut China Selatan yang merupakan jalur pelayaran internasional penting dan diperkirakan memiliki cadangan energi besar, serta tempat penangkapan ikan yang kaya.

Washington secara khusus khawatir China, yang terlibat perebutan wilayah dengan Brunei, Malaysia, Filipina, Vietnam dan Taiwan di sana, akan menyatakan zona tertutup di Laut China Selatan sehingga bisa membatasi pergerakan kapal laut dan kapal udara.
Pesawat pengintai P8-A Poseidon milik AS mendapat peringatan delapan kali dari AL Tiongkok. (Reuters/US Navy)
Wakil Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada Kamis (21/5) bahwa reklamasi tanah China itu mengancam kebebasan dan stabilitas dan berisiko memancing ketegangan yang bisa berakhir dengan konflik.

Global Times, tabloid milik media Partai Komunis Harian Rakyat, menyebut penerbangan AS itu “provokatif”.

“Washington dengan sengaja meningkatkan ketegangan dengan China, langkah yang bisa membuat kemungkinan konfrontasi fisik semakin tinggi,” tulis editorial di edisi Jumat (22/5).

“China harus mempersiapkan langkah balasan, satu per satu, sesuai dengan tingkat provokasi dari Amerika Serikat.” (yns)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER