Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Kamboja menyetujui resettlement, pemukiman kembali, bagi empat pengungsi yang kini di tahan di pusat detensi Australia.
Australia telah mengirim pencari suaka ke pusat-pusat detensi di Papua Nugini dan negara kepulauan Nauru di Pasifik dalam jangka waktu yang lama.
Pada September, Kamboja sepakat untuk memukimkan kembali ratusan pengungsi yang berada di Nauru dalam sebuah pertukaran. Untuk itu, Kamboja mendapat tambahan bantuan A$31 juta atau setara Rp320 miliar dari Australia. Perjanjian tersebut berlaku jika pengungsi bersedia pindah ke Kamboja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelompok HAM Internasional dan dua organisasi dari kedua negara mengutuk kesepakatan tersebut. Mereka menyatakan Kamboja tidak mampu mengurus para pencari suaka.
"Pemerintah Kerajaan Kamboja setuju untuk mengambil empat pengungsi yang akan menetap di sini secara permanen," kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Kamboja, Khieu Sopheak.
"Kedatangan mereka tergantung tim kerja kami,” katanya, menambahkan bahwa dari empat pengungsi terdapat satu Muslim Rohingya dan tiga warga Iran.
Sejak perjanjian ditandatangani tahun lalu, beberapa rincian rencana telah dirilis dan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) yang akan memfasilitasi perpindahan.
"IOM akan menyediakan akomodasi untuk para pengungsi yang masuk dengan fasilitas sementara sampai akomodasi jangka panjang diidentifikasi untuk memenuhi kebutuhan individu pengungsi dan keluarganya," kata IOM dalam sebuah pernyataan. Namun lokasi penampungan tidak akan dipublikasikan.
Kem Sarin, Kepala Departemen Imigrasi Kamboja, mengatakan para pengungsi akan tinggal di penampungan sementara selama satu tahun untuk belajar budaya, bahasa dan beberapa aturan di Kamboja sebelum membaur ke dalam masyarakat Kamboja.
(stu)