Jakarta, CNN Indonesia -- Komandan militer Myanmar, Jenderal Aung Hlaing Min menyatakan bahwa terdapat kemungkinan sejumlah "manusia perahu" yang terdampar di Malaysia dan Indonesia pada bulan ini mengaku sebagai etnis Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar hanya untuk menerima bantuan dari Badan Pengungsi, PBB, UNHCR.
Dalam pertemuan dengan Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, Kamis (21/5), Min menyatakan bahwa para "manusia perahu" itu sebagian besar berasal dari Bangladesh, bukan Myanmar.
"Sebagian besar mengaku diri mereka adalah etnis Rohingya dari Myanmar dengan harapan menerima bantuan dari UNHCR," kata Min kepada harian pro pemerintah, Global New Light of Myanmar, dikutip dari Reuters, Jumat (22/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artikel tersebut menjelaskan bahwa Min menekan perlu adanya penyelidikan lebih lanjut soal negara asal para "manusia perahu" tersebut.
Sementara Blinken mendesak Myanmar untuk mengatasi penyebab terjadinya eksodus besar-besaran etnis Rohingya dari negara itu. "Termasuk diskriminasi rasial dan agama yang memicu kekerasan," kata Blinken.
Etnis Rohingya telah lama mengeluhkan diskriminasi di Myanmar, utamanya setelah kekerasan sektarian meletus dengan umat Buddha di negara bagian Rakhine pada 2012 lalu. PBB melaporkan bentrokan tersebut menyebabkan sekitar 115 ribu orang mengungsi.
Sebagian besar dari warga etnis Rohingnya yang berjumlah sekitar 1,1 juta jiwa hidup tanpa memiliki kewarganegaraan dan terus-menerus menerima diskriminasi di Myanmar.
Beberapa pekan ini, sekitar 3.000 etnis Rohingya dan warga Bangladesh melarikan diri dari rumah mereka dan nekat mengarungi lautan dalam kapal yang sempit untuk mencari penghidupan yang baik di negara tetangga, seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand.
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak pada Kamis (22/5) memerintahkan angkatan laut untuk menyelamatkan sekitar 7.000 "manusia perahu" diperkirakan masih terkatung-katung di sejumlah perahu di laut lepas.
Pada Rabu (20/5), Indonesia dan Malaysia sepakat menampung sementara para imigran yang masih terapung di lautan, hingga sekitar satu tahun, sembari meluncurkan upaya repatriasi atau menggembalikan para imigran ke negara asal.
Pekan lalu, Retno memaparkan jumlah imigran di Indonesia yang saat ini menunggu
resettlement (pemukiman kembali), telah mendekati angka 12 ribu jiwa. Kemenlu saat ini masih menunggu hasil verifikasi yang dilakukan UNHCR dan IOM soal status imigran tersebut.
(ama/stu)