Abuja, CNN Indonesia -- Lebih 8.000 orang meninggal saat berada dalam tahanan pasukan Nigeria, kata Amnesty International pada Rabu (3/6), terutama sepanjang operasi mereka melawan kelompok militan Boko Haram.
Amnesty mengatakan banyak dari tahanan dieksekusi dan yang lain meninggal karena menderita kelaparan, penyiksaan, penolakan bantuan medis atau sel yang terlalu penuh.
Selama enam tahun pemberontakan, Boko Haram telah menewaskan ribuan orang dan membuat 1,5 juta orang mengungsi. Kelompok militan Islam ini ingin mendirikan khalifahan Islam di timur laut Nigeria, yang merupakan negara Afrika dengan perekonomian dan importir minyak terbesar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Muhammadu Buhari, presiden baru negara itu, telah bersumpah untuk mengalahkan Boko Haram dan mengadakan pembicaraan pada Rabu dengan negara tetangga Niger dan Chad tentang cara terbaik untuk mengatasi pemberontakan.
Para militan mengendalikan wilayah seukuran Belgia pada awal tahun tetapi telah kehilangan sebagian besar dari teritori itu dalam beberapa bulan terakhir, utamanya karena upaya pasukan gabungan dari Nigeria, Niger, Chad dan Kamerun.
Amnesty mengatakan tentara Nigeria telah menangkap ribuan pria dan anak laki-laki, beberapa bahkan masih berusia sembilan tahun, di benteng Boko Haram. Banyak dari mereka yang ditahan dieksekusi atau meninggal dalam tahanan jika keluarga mereka tidak mampu membayar suap.
Lebih dari 1.200 orang dieksekusi secara ekstra yudisial dan lebih dari 7.000 menderita kelaparan atau meninggal karena penyakit di sel yang penuh sesak, kata Amnesty.
Banyak orang dieksekusi dengan ditembak di dalam fasilitas penahanan, meskipun tak berbahaya, namun melanggar hukum kemanusiaan internasional, kata Amnesty.
"Pemerasan"
"Tindakan ini, yang dilakukan dalam konteks konflik bersenjata non-internasional, merupakan kejahatan perang," kata Amnesty, menambahkan bahwa komandan militer senior harus diselidiki untuk kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Mayor Jenderal Chris Olukolade mengatakan lembaga itu mencoba melakukan "pemerasan" terhadap angkatan bersenjata negara itu dan tak ada tuduhan yang terbukti atas tuduhan terhadap beberapa individu dalam laporan.
"Militer Nigeria ... menolak laporan bias dan mengada-ada oleh Amnesty International," katanya dalam sebuah pernyataan. "Militer Nigeria tidak mendorong atau membiarkan pelanggaran HAM, tidak akan ada kasus terbukti dibiarkan tanpa hukuman."
Laporan Amnesty setebal 133 halaman didasarkan pada sekitar 400 wawancara dengan sumber, termasuk korban, saksi mata dan anggota angkatan bersenjata, serta video dan foto-foto.
Juru bicara kepresidenan Garba Shehu mengatakan pemerintah Buhari akan mempelajari laporan tersebut dan bertindak dengan tepat.
"Pemerintah tak akan membiarkan pengecualian untuk mempromosikan aturan hukum. Menghormati hak asasi manusia dan kepatuhan terhadap aturan hukum adalah hidup dan jiwa dari sistem demokrasi," kata Buhari seperti dikutip dari pernyataan juru bicaranya.
Komisi Tinggi Inggris di Abuja mengatakan mereka berulang kali mengangkat persoalan hak asasi manusia di Nigeria, namun pidato dari Presiden Buhari untuk meningkatkan perilaku militer dan memperkuat sanksin terhadap pelanggaran bisa memberi harapan.
Seorang pejabat dari Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa Nigeria harus menanggapi laporan Amnesty dengan serius dan menyelidiki tuduhan di dalamnya.
"Kami telah belajar sendiri, melawan organisasi teroris yang brutal sambil tetap mempertahankan standar tinggi perilaku profesional adalah sebuah tantangan," kata pejabat itu.
(stu)