Jakarta, CNN Indonesia -- Pemimpin oposisi Myanmar dan peraih Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi akan melakukan kunjungan pertamanya ke China bulan ini, di tengah hubungan kedua negara yang memburuk.
Suu Kyi akan bertemu Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Keqiang pada 10-14 Juni mendatang, kata Nyan Win, sekretaris dan juru bicara Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). Namun China belum mengkonfirmasi kunjungan ini.
Sejak mengambil alih kekuasaan pada Maret 2011, pemerintah reformis Myanmar telah berusaha untuk mengurangi ketergantungan pada China yang dimulai saat Myanmar masih dibawah kekuasaan junta militer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beijing sepertinya mengawasi bahwa Amerika Serikat telah mencabut beberapa sanksi terhadap Myanmar dan terlibat dengan pemerintahan semi-sipil di Myanmar.
Kunjungan Suu Kyi awalnya dijadwalkan pada Desember 2014 tapi ditunda karena masalah protokol.
Sementara, partai NLD diharapkan bisa meraup suara dalam pemilihan umum yang dijadwalkan pada November, yang menjadi pemilu bebas pertama di Myanmar dalam 25 tahun. Meski dengan konstitusi Myanmar Suu Kyi tidak bisa ikut serta dalam pemilihan presiden, jika NLD berhasil meraup suara, pengaruhnya tetap akan besar.
Suu Kyi memimpin NLD dan menyapu kemenangan dalam pemilihan umum pada 1990, namun pemerintah militer menolak mengakui hasil pemilu tersebut.
Dia menjadi ikon internasional setelah memenangkan penghargaan Nobel Perdamaian pada 1991 untuk upaya pro-demokrasi dan menghabiskan sebagian besar dua dekade berikutnya sebagai tahanan rumah. Dia dibebaskan pada 2010.
Namun Suu Kyi dikritik oleh banyak pihak karena tidak melakukan apapun terkait nasib etnis Rohingya yang menjadi korban diskriminasi dan akhirnya berbondong-bondong melarikan diri dari negara itu, menimbulkan krisis pengungsi di Asia Tenggara.
Pekan lalu, pempimpin spiritual umat Buddha, Dalai Lama, bahkan sudah menyerukan Aung San Suu Kyi untuk angkat bicara soal Rohingya.
"Ini sangat menyedihkan. Di kasus Burma (Myanmar), saya berharap Aung San Suu Kyi, sebagai pemenang Nobel, bisa melakukan sesuatu," katanya kepada surat kabar The Australian, Kamis (28/5), dalam sebuah wawancara menjelang kunjungan ke Australia minggu depan.
Sekitar 1,1 juta warga Rohingya hidup tanpa warga negara dan mengalami diskriminasi di tengah mayoritas umat Buddha. Hampir 140 ribu orang mengungsi sentelah bentrokan mematikan dengan umat Buddha di negara bagian Rakhine pada 2012.
Hubungan antara China dan Myanmar memburuk tahun ini sebagai dampak konflik antara tentara Myanmar dengan pemberontak etnis China di perbatasan, dan sejauh ini telah menewaskan lima warga China.
(stu)