Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Inggris, David Cameron, mengundang Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, ke negaranya pada Rabu (17/6), sehari setelah pengadilan Kairo memutus hukuman mati bagi mantan Presiden Mesir Mohamed Mursi.
Mursi, dari Ikhwanul Muslimin, adalah presiden pertama Mesir yang dipilih secara langsung. Ia dihukum mati sebagai bagian dari tindakan keras yang diberlakukan oleh Sisi terhadap Ikhwanul Muslimin—kini dianggap sebagai kelompok teroris di Mesir.
Sisi merebut kekuasaan dari Mursi lewat kudeta pada 2013 menyusul protes massal terhadap pemerintahan Mursi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Vonis mati terhadap Mursi serta tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin yang lain menuai kritik dari Amerika Serikat, PBB dan Uni Eropa.
Namun Mesir adalah sekutu dekat Inggris di Timur Tengah. Dan Kairo, saat ini sedang mencari investasi asing untuk membangun kembali ekonomi Mesir setelah bertahun-tahun kekacauan politik serta pemberontakan Islam yang berpusat di semenanjung Sinai yang hingga kini masih berlangsung.
Perusahaan minyak Inggris, BP, menandatangani kesepakatan dengan Mesir tahun ini untuk investasi senilai US$ 12 miliar yang akan menghasilkan setara dengan 3 miliar barel minyak. Kesepakatan ini akan membantu Mesir untuk menangani krisis energi terburuk dalam beberapa dekade.
Tindakan keras oleh pasukan keamanan Mesir tak hanya berlaku bagi kelompok Islam, namun juga
aktivis liberal dan sekuler yang dulu membantu menggulingkan mantan Presiden Hosni Mubarak pada 2011. Pihak berwenang mengatakan Ikhwanul Muslimin yang kini dilarang di Mesir merupakan ancaman serius terhadap keamanan nasional. Pemerintahan militer juga mengatakan mereka berkomitmen untuk transisi demokrasi negara itu.
(stu)