Washington, D.C, CNN Indonesia -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengecam penembakan di sebuah gereja Afrika-Amerika, Charleston, di South Carolina, dan mengatakan AS harus menghadapi kenyataan bahwa insiden kekerasan bersenjata tidak kerap terjadi di negara-negara maju lainnya.
Dalam pernyataannya kepada wartawan di Gedung Putih pada Kamis (18/6), Obama mengatakan ia dan istrinya, Michele, mengenal Pastur Clementa Pinckney, yang tewas bersama delapan orang lainnya pada Rabu malam waktu setempat.
“Ucapan duka cita saja kepada mereka dan keluarga serta komunitas mereka tidaklah cukup untuk mengekspresikan sakit hati, kesedihan dan kemarahan yang kita rasakan,” kata Obama, menambahkan bahwa fakta bahwa insiden itu terjadi di tempat ibadah membuatnya makin memilukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama kepemimpinannya, insiden penembakan di AS telah berulang kali terjadi.
Setelah penembakan di sekolah di Newtown, Connecticut, pada 2012, Obama meluncurkan usulan kontrol senjata dengan agresif, namun usahanya sebagian besar gagal di Kongres.
Konstitusi AS melindungi hak warganya untuk memiliki senjata, dan sejauh ini pembatasan penggunaan senjata hanya sebatas debat politik.
Obama, tampil muram serta frustrasi, mengatakan ia terlalu sering membuat pernyataan seperti yang ia lakukan pada Kamis. Ia mengatakan orang-orang tak bersalah telah dibunuh karena tidak sulit untuk mendapatkan pistol di AS.
"Sekarang adalah waktu untuk berkabung dan pemulihan, tapi mari kita jelaskan: kita sebagai negara harus memperhitungkan fakta bahwa jenis kekerasan massa seperti ini tidak terjadi di negara-negara maju lainnya," kata Obama.
"Ini tidak terjadi di tempat lain dengan frekuensi semacam ini. Dan kita memiliki kekuatan untuk melakukan sesuatu. Saya mengakui bahwa politik di kota ini merenggut banyak orang dari jalanan. Adalah salah jika kita tidak mengakuinya," kata Obama.
Namun dengan sisa 1,5 tahun di Gedung Putih, Obama sepertinya tidak memiliki waktu lagi untuk mengusulkan undang-undang kontrol senjata yang lain.
Mental di KongresObama mencanangkan program pengendalian senjata setelah beberapa insiden penembakan mematikan dilakukan oleh warga AS di bawah umur, seperti kasus penembakan di sekolah menengah Sandy Hook, Connecticut yang menewaskan 20 anak, penembakan sebuah bioskop di Colorado yang menewaskan 12 anak dan penembakan di SMA Marysville-Pilchuck High School menewaskan 3 anak yang terjadi bulan lalu. (Baca:
Rentetan Penembakan di Sekolah AS)
Beberapa program pengendalian senjata Obama meliputi pemeriksaan latar belakang penjualan senjata, kembali melarang penjualan senjata militer, melarang penjualan magasin senapan dengan kapasitas lebih dari 10 putaran dan memperketat hukuman bagi para penjual senjata secara ilegal.
"Warga AS memang memiliki kebebasan memiliki senjata berapi, namun keamanan anak adalah tanggung jawab kita bersama," ujar Obama.
Namun, hingga saat ini, tidak ada satu pun program pengendalian senjata yang diajukan Obama, disetujui Kongres.
(stu)