Tokyo, CNN Indonesia -- Jepang akhirnya menghapuskan larangan berdansa setelah peraturan ini diterapkan selama 67 tahun.
Diberitakan The Independent, Rabu (24/6), sebelumnya di Jepang dansa dilarang kecuali di tempat-tempat yang memiliki izin. Namun dengan izin pun, klub malam dan tempat lainnya harus menghentikan aktivitas berdansa jika sudah lewat tengah malam.
Peraturan ini diterapkan sejak usai Perang Dunia II tahun 1948, bertujuan untuk menghapuskan tempat-tempat dansa yang biasanya menjadi sarang prostitusi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak saat itu, Jepang berkembang menjadi negara maju. Namun larangan berdansa tetap diterapkan hingga puluhan tahun.
Walau ada larangan, peraturan ini sangat longgar diterapkan di abad ke-20. Polisi seringkali tutup mata atas pelanggaran berdansa di dini hari.
Pada abad ke-21, larangan ini kembali digalakkan dengan melakukan penggerebekan ke klub-klub malam, seiring meningkatnya kasus narkoba dan skandal obat bius para artis serta perkelahian di lantai dansa.
Peraturan baru dicabut atas dorongan dari musisi Jepang Ryuichi Sakamoto yang berhasil mengumpulkan 150 ribu tandatangan dalam sebuah petisi.
Penghapusan larangan berdansa akan diratifikasi pekan depan dan baru diterapkan tahun 2016. Selama menunggu penghapusan larangan, dansa tengah malam masih ilegal.
Pencabutan larangan ini juga dilakukan menjelang Olimpiade 2020 di Jepang. Pemerintahan Shinzo Abe ingin memastikan negara mereka menyenangkan bagi para pendatang asing yang ingin menonton laga Olimpiade.
Selain Jepang, Swedia adalah negara lainnya yang menerapkan larangan berdansa hingga saat ini.
Di Swedia, dansa spontan dilarang. Pemilik bar, pub dan klub di negara itu akan mendapatkan sanksi jika ada pengunjungnya yang mencoba berdansa.
Maret lalu upaya para politisi untuk mencabut larangan ini gagal. Hingga saat ini, untuk berdansa di Swedia butuh izin dari pemerintah.
(den)