Jakarta, CNN Indonesia -- Tenggat waktu perundingan nuklir Iran antara enam negara dunia dan Iran jatuh pada 30 Juni. Namun hingga kini, belum ada tanda-tanda kesepakatan dicapai.
Para pejabat negara Barat yang terlibat dalam pembicaraan mengatakan meski terdapat hambatan, bukan berarti kesepakatan akan gagal.
"Pembicaraan akan berjalan dengan alot, namun bukan berarti kesepakatan tidak dapat dicapai," kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Frederica Mogherini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iran, “dikeroyok” oleh Inggris, Amerika Serikat, Jerman, China, Rusia, dan Perancis, terlihat memiliki posisi tawar kecil karena sanksi ekonomi yang kian melilit perekonomian negaranya.
Meski begitu, pemimpin tertinggi Iran, Ali Khamenei, menekankan bahwa sanksi dari AS dan PBB harus dihapuskan begitu kesepakatan nuklir ditandatangani. Hal ini bertentangan dengan kerangka kesepakatan yang dirancang dan disepakati April lalu, yang mewajibkan Iran mengurangi pengayaan uranium besar-besaran sebelum sanksi dicabut.
Meski pemerintahan Obama yakin kesepakatan akan dicapai, tidak begitu dengan Israel dan Arab Saudi serta negara Arab Sunni lainnya. Israel tidak ingin melihat kesepakatan tercapai karena skeptis kesepakatan justru memberi peluang Iran untuk makin meningkatkan industri nuklir untuk keperluan senjata. Sementara negara Arab juga takut Iran yang Syiah akan makin kuat.
Namun jika ternyata kesepakatan gagal dicapai, apa saja kemungkinan yang bisa terjadi?
PerangPemerintahan Obama beberapa kali mengatakan bahwa mereka tetap membuka kemungkinan menggunakan kekuatan militer demi mencegah Iran memproduksi senjata nuklir, jika jalur diplomasi gagal.
Sanksi ekonomi lebih beratAS dan PBB kemungkinan akan memperketat sanksi ekonomi bagi Iran, melibatkan pemblokiran jalur barang dan modal ke Teheran. Meski begitu, sanksi ini juga akan mempengaruhi banyak negara lain, terutama negara-negara seperti China, India dan Jepang, yang masih bergantung dari ekspor minyak Iran.
Ini juga sulit dilakukan mengingat Iran juga merupakan pasar yang besar, yang membuat banyak perusahaan asing baik kecil maupun besar, menargetkan Iran.
Pendekatan perundingan lainIran kemungkinan siap untuk melanjutkan perundingan jika alternatif lain muncul, terutama terkait pemeriksaan fisik atas situs non-nuklir. Salah satu kemungkinan adalah instrumen pengukuran canggih yang berdasarkan sampel dari daerah sekitarnya, atau sampel yang diambil oleh ahli Iran, sementara pemeriksa dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menunggu di luar situs.
Mereka dapat mengajukan wawancara ilmuwan nuklir hanya melalui pertanyaan dan jawaban perantara atau tertulis. Salah satu syarat yang diinginkan oleh Barat agar sanksi dicabut adalah Iran harus memberi akses IAEA untuk meneliti riset nuklir militer Iran.
Iran mengembangkan bom nuklir?Iran berkeras bahwa mereka tidak berniat untuk membuat senjata nuklir, dan menegaskan bahwa itu bertentangan dengan fatwa dari pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Meski begitu, Barat melihat bahwa kemampuan Teheran menuju produksi senjata terus meningkat.
Tanpa adanya kesepakatan, Iran sepertinya akan terus mengayakan uranium, yang telah dibekukan oleh Teheran sejak tahun lalu sebagai bagian dari kesepakatan awal menuju kesepakatan yang saat ini tengah berlangsung.
Tensi di Timur TengahPerundingan nuklir diawasi dengan ketat oleh negara-negara Timur Tengah, mayoritas justru tak ingin ada kesepakatan sama sekali agar Iran tak punya legitimasi dalam mengembangkan nuklir. Justru, jika kesepakatan terjadi, konsekuensi di kawasan itu akan lebih besar.
Tensi antara Iran yang Syiah dan negara-negara Sunni Arab saat ini sedang tinggi, terutama terkait konflik di Yaman, Irak dan Suriah. Arab Saudi menuding Iran membantu pembenrontak Syiah al-Houthi di Yaman dalam menggulingkan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi. Demi mengembalikan legitimasi Hadi, Saudi bersama sekutu Arab lainnnya melancarkan serangan udara sejak Maret lalu.
Di Irak, di tengah upaya mengatasi ISIS dan kelompok militan lainnya, konflik sektarian juga menghantui, karena dukungan Iran serta peran milisi Syiah dalam memerangi ISIS. Kondisi tak jauh berbeda juga terjadi di Suriah, Iran dan kelompok Syiah Hizbullah dituduh mendukung rezim Bashar al-Assad.
Maka, jika kesepakatan tercapai dan Iran memiliki “izin resmi” untuk memiliki nuklir, maka efek domino akan mengikuti hal ini. Arab Saudi, sudah mengisyaratkan mereka menuntut status yang sama. Mesir, dipercaya akan mengikuti jejak ini.
(stu)