Pelaku Pemenggalan di Perancis Didakwa Terorisme

Ranny Utami/Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 30 Jun 2015 23:45 WIB
Pelaku pemenggalan dan penyerangan di pabrik gas didakwa dengan tuduhan terorisme oleh kepala jaksa penuntut umum Perancis.
Pelaku pemenggalan di Perancis membantah tuduhan yang menyatakan bahwa aksinya pada 26 Juni lalu dilatarbelakangi oleh motivasi agama. (Reuters/Emmanuel Foudrot)
Paris, CNN Indonesia -- Kepala jaksa penuntut umum Perancis, Francois Molins, mengumumkan kepada media pada Selasa (30/6) bahwa pria pemenggal kepala atasannya telah didakwa dengan tuduhan melakukan tindakan terorisme. Ia pun kembali ditahan oleh petugas keamanan setempat setelah mendekam di balik jeruji besi selama empat hari sejak penangkapan, Jumat (26/6) lalu.

Yassim Salhi, terduga anggota kelompok militan Islam yang dituduh memenggal kepala atasannya dan mencoba meledakkan pabrik gas di sebelah selatan kota Lyon menyatakan bahwa tidak ada motivasi agama di balik serangan yang ia lakukan.

Pria berusia 35 tahun ini memberitahukan kepada tim penyidik kepolisian Perancis bahwa ia bukan seorang pejihad, seperti yang dituduhkan kepadanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia bahkan kembali menegaskan pernyataan yang pernah ia ungkap sebelumnya bahwa aksi pada Jumat lalu dilakukan sehari setelah ia berselisih dengan istrinya dan beberapa hari setelah ia berselisih dengan manajernya.

Menurut Molins, hasil penyidikan sejauh ini menunjukan bahwa Salhi memiliki hubungan dengan militan Islam di Suriah. Ia pun mendakwa Salhi dengan tuduhan tindakan terorisme, berseberangan dengan pengakuan Salhi yang mengatakan bahwa pemenggalan atasannya dilatarbelakangi oleh permasalahan pribadi.

Diberitakan sebelumnya, Salhi membunuh seorang manajer perusahaan transportasi yang memperkerjakannya, Herve Cornara, dan menyematkannya di pagar pabrik milik perusahaan Air Product asal Amerika Serikat pada 26 Juni lalu.

Petugas kepolisian menemukan potongan kepala Cornara ditutupi dengan sehelai bendera berwarna hitam putih bertuliskan slogan Islam.

Polisi menduga Salhi memiliki hubungan dengan Islam garis keras selama lebih dari satu dekade. Salhi juga sebelumnya telah ditandai dan masuk ke dalam radar 'berisiko'.

Sejauh ini polisi telah menemukan bukti di mana Salhi mengambil foto selfie dengan kepala terpenggal lalu mengirim gambar tersebut ke sebuah nomor telepon di Kanada.

Sumber Reuters mengatakan nomor telepon tersebut adalah milik seorang warga negara Perancis bernama Sebastien-Younes, yang telah berada di Suriah sejak tahun lalu. Younes terakhir diketahui berada di Raqqa, basis ISIS yang disebut sebagai ibu kota kekhalifahan mereka.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER