Jakarta, CNN Indonesia -- Pihak berwenang Perancis menahan Yassin Sahli, terduga penyerangan di pabrik gas di Isere di kota Saint-Quentin-Fallavier, bersama istri, saudara perempuan, dan satu orang lainnya pada Jumat (26/6).
Sahli merupakan seorang sopir profesional berusia 35 tahun yang tinggal di pinggiran kota Lyon yang diduga memenggal kepala atasannya dan berupaya membuat ledakan di pabrik gas Isere.
(
Baca juga: Salah Satu Pelaku Serangan di Pabrik Gas Perancis Terungkap)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jaksa Penanganan Kasus Anti-Terorisme di Perancis, Francois Molins menyatakan bahwa saat ini proses penyelidikan terkait keterlibatan istri dan saudara perempuan tersangka dalam konspirasi terorisme masih terus berjalan.
Molis memaparkan bahwa serangan di pabrik yang terletak sekitar 30 kilometer dari Lyon ini dimulai pada pagi hari ketika sebuah mobil van pengiriman barang memasuki gerbang.
Mobil van itu terindentifikasi sebagai mobil pengiriman barang, sedangkan supir mobil van diakui sebagai karyawan pengiriman barang. Berdasarkan hasil identifikasi inilah, mobil van ini berhasil masuk kedalam pabrik.
Berdasarkan peninjauan kamera keamanan, mobil van hilang dari pantauan pandangan sampai tujuh menit kemudian. Lalu, mobil van mulai terlihat kembali dengan kecepatan tinggi menuju sebuah gudang yang berisi tabung aseton, gas, dan udara cair.
Saat berbincang dengan
CNN, salah satu warga mengatakan terdengar dentuman ledakan besar yang diperkirakan masih bisa terdengar hingga terdengar jarak dua mil dari lokasi kejadian.
Molins menjelaskan tersangka ditemukan oleh petugas pemadam kebakaran. Kala itu tersangka tengah mencoba membuka tabung aseton di gudang.
Gudang hancur, bagian belakang dan atap mobil van tersangka juga ikut hancur akibat ledakan. Didalam mobil van, pemadam kebakaran juga menemukan sebuah pisau dan bagian tubuh yang terpisah dari kepalanya.
Molins mengatakan bahwa tubuh ini dimiliki oleh seorang seorang pria 54 tahun yang merupakan manajer perusahaan transportasi setempat yang tak lain adalah atasan dari sang penyerang.
Kepala korban dipenuhi oleh tulisan berbahasa Arab dan ditancapkan di pagar kawat di depan pabrik. Bendera berbahasa Arab juga ditemukan di lokasi kejadian.
Tidak memiliki catatan kriminalSahli memiliki tiga anak dan telah menikah selama sepuluh tahun. Menteri Dalam Negeri Perancis Bernard Cazeneuve menyatakan bahwa Sahli tidak memiliki catatan kriminal, namun telah berada dalam radar kepolisan dan dikategorikan sebagai orang yang "diduga teradikalisasi" sejak 2006.
Walikota kota terdekat dari Villefontaine, Raymond Feyssaguet, menyatakan tersangka memiliki tiga anak dan telah menikah selama sepuluh tahun. Ia tidak memiliki catatan kejahatan di kepolisian, tetapi pada tahun 2006, Ia dimasukkan ke Daftar Pengawasan teroris.
"Dia terus menarik perhatian badan intelijen, terutama yang berkaitan dengan wilayah dekat Lyon," katanya, dikutip dari CNN.
Kala itu, status pelaku diberi label "S", singkatan untuk "State Security" atau mereka yang diduga mengancam "keamanan negara." Pelabelan ini merupakan salah satu dari 21 subkategori catatan tertua di Kepolisian Perancis terkait buronan, yang dibuat sejak 1969 dan mencakup 400 ribu nama, mulai dari bandit hingga buronan penjara.
Namun, tanpa bukti apapan, catatan ini tidak diperpanjang pada tahun 2008.
Jaksa penuntut mengatakan penyidik masih berusaha untuk mengumpulkan rincian lain dari serangan tersebut seperti lokasi korban tewas, rute tersangka, dan apa motif dari insiden ini.
Sementara Presiden Perancis, Francois Hollande akan memperketat keamanan di daerah Rhone-Alpes secara maksimal hingga tiga hari ke depan.
(ama/ama)