Walau Krisis, Tradisi Mengopi di Yunani Jalan Terus

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Senin, 06 Jul 2015 14:15 WIB
Di tengah krisis yang mendera Yunani, warga harus memotong pengeluaran untuk konsumsi namun tidak untuk biaya mengopi di kedai kopi.
Di tengah krisis yang mendera Yunani, warga harus memotong pengeluaran untuk konsumsi namun tidak untuk biaya mengopi di kedai kopi. (Reuters/Marko Djurica)
Athena, CNN Indonesia -- Krisis diperkirakan masih akan lama hinggap di Yunani, terutama setelah referendum menghasilkan penolakan terhadap persyaratan Uni Eropa untuk utang baru. Namun kehidupan susah tidak sanggup membuat warga Yunani menghentikan tradisi minum kopi di kafe.

Mengopi telah menjadi tradisi yang mengakar di Yunani. Padahal di tengah krisis yang membuat angka pengangguran meningkat dan harga meroket, mereka harus memangkas biaya konsumsi, tapi tidak untuk ngopi.

Di malam sebelum referendum, bahkan, warung-warung kopi masih dipadati pengunjung. Minuman favorit adalah es kopi yang dikenal dengan nama freddo atau frappe, seharga 2-4,5 euro (Rp29-66 ribu) di Athena.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Warga Yunani siap berhemat apa saja, tapi tidak untuk kopi. Jumlah pengunjung masih stabil," kata Kleanthis Kanellos, 34, manajer kafe Flo di Athena, dikutip dari Channel NewsAsia, Minggu (5/7).

Cinta warga Yunani terhadap kopi telah dimulai sejak lama. Bahkan saat pendudukan Nazi Jerman pada Perang Dunia II, mereka terpaksa menggiling kacang dan biji-bijian lalu menyeduhnya saking rindunya menyeruput secangkir kopi.

Es kopi mungkin pilihan utama. Namun di saat krisis seperti saat ini, kopi tradisional Yunani juga jadi pilihan karena harganya yang murah, paling mahal hanya 2 euro.

Krisis dikhawatirkan akan membuat harga kopi naik. Pasalnya beberapa biji kopi harus diimpor.

"Saya tidak yakin Yunani akan keluar dari euro. JIka demikian, kopi impor seperti Espresso akan lebih mahal dan kami menaikkah harga," kata manajer cafe Old Flo.

"Daya beli pelanggan kami juga akan turun. Mungkin mereka akan mengubah kebiasaan dan kembali ke kopi tradisional atau frappe," lanjut dia.

Berkumpul di warung kopi selain digunakan untuk melupakan kesulitan krisis, juga jadi ajang tukar pikiran, termasuk menentukan apakah mereka akan memilih "ya" atau "tidak" pada referendum kemarin.

"Tentu saja kami memutuskannya sambil mengopi! Bagaimana saya bisa memutuskan hal yang sebegitu penting tanpa berbincang dengan kawan dan secangkir frappe dingin? Itu yang selalu kami lakukan," kata Markos Efthimopoulos, 45, pekerja hotel. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER