Para Pembenci Uni Eropa Gembira atas Keputusan Yunani

Denny Armandhanu/Reuters | CNN Indonesia
Senin, 06 Jul 2015 08:09 WIB
Referendum Yunani menghasilkan penolakan terhadap desakan penghematan dari Uni Eropa demi mendapatkan dana talangan baru.
Para pembenci Uni Eropa salah satunya Marine Le Pen dari Perancis gembira atas pembangkangan Yunani terhadap Eropa. (Reuters/Robert Pratta/Files)
Jakarta, CNN Indonesia -- Para pembenci Uni Eropa turut bersuka cita atas hasil referendum Yunani yang menolak syarat untuk dana talangan baru. Menurut mereka, keberanian Yunani dalam melawan penindasan Uni Eropa patut dicontoh negara lain.

Salah satunya yang turut bergembira adalah pemimpin Partai National Front di Perancis, Marine Le Pen, yang menyerukan pemberontakan terhadap kediktatoran Eropa.

"Rakyat Yunani mengatakan 'tidak' demi kebebasan, pemberontakan terhadap dikte Eropa yang ingin menerapkan mata uang tunggal dengan cara apa pun, melalui penghematan yang sangat tidak manusiawi dan kontra-produktif," ujar Le Pen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemimpin partai sayap-kanan ini mengatakan bahwa kasus Yunani adalah contoh kegagalan euro yang harus segera diatasi.

"Pemimpin Eropa harus berkumpul untuk bernegosiasi, membicarakan kegagalan euro dan penghematan, dan mulai melakukan pembubaran sistem mata uang tunggal yang diperlukan untuk mengembalikan pertumbuhan, pekerjaan dan pengurangan utang," kata Le Pen.

Para pembenci euro atau yang dikenal sebagai eurosceptic gegap gempita. Mulai dari Belanda hingga Finlandia. Di Spanyol, pemimpin Partai sayap kiri Podemos, Pablo Iglesias, memuji Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras di akun Twitternya, mengatakan: "Sekarang di Yunani, demokrasi telah menang."

Di Inggris, pemimpin Partai Kemerdekaan yang anti-Uni Eropa, Nigel Farage, mengatakan bahwa Yunani telah melawan dari "gertakan Eropa". Dia juga menegaskan bahwa kasus Yunani adalah bukti sekaratnya sistem euro.

"Proyek Uni Eropa sekarang sekarat. Mengagumkan sekali melihat keberanian rakyat Yunani melawan bully politik dan ekonomi dari Brussels," kata Farage.

Farage berharap warga Inggris dapat mencontoh Yunani untuk keluar dari Uni Eropa. Rencananya pada akhir 2017 akan digelar referendum di Inggris untuk menentukan apakah negara itu akan tetap berada di Uni Eropa atau tidak.

Bagi para penentang integrasi Eropa, krisis Yunani memberikan pelajaran penting, mulai dari lemahnya sistem politik 19 negara zona euro hingga kegagalan para elite dalam memenuhi keinginan rakyat atau pasar.

Para eurosceptic mengatakan, mata uang euro dan Uni Eropa telah membuat perekonomian 500 juta warga Eropa stagnan dan gagal melindungi pekerja dari dampak globalisasi dan imigrasi.

"Tidak pada Uni Soviet-nya pengangguran dan imigrasi. Ya untuk Eropa Baru, yang didirikan para penghargaan dan kerja rakyat," kata Matteo Salvini, pemimpin Partai Northern League di Italia.

Lebih dari 60 persen rakyat Yunani dalam referendum memilih "tidak" untuk syarat dana talangan dari Eropa, yaitu kenaikan pajak dan reformasi tunjangan pensiun.

Yunani kini dihadapkan dalam risiko besar, yaitu bangkrutnya perbankan yang bisa memaksa mereka keluar dari euro dan kembali mencetak uang sendiri, drachma.

Tanpa pendanaan darurat dari ECB, bank-bank di Yunani akan kehabisan uang dalam hitungan hari. Jika demikian, pemerintah terpaksa mencetak uang baru untuk membayar tunjangan pensiun dan gaji. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER