Jakarta, CNN Indonesia -- Para petani di daerah penghasil beras, Provinsi Suphan Buri, Thailand, hampir putus asa mencari air untuk mengairi sawah mereka yang kering, di saat kekeringan parah melanda negara ini.
Dilaporkan Reuters, menurut Pusat Peringatan Bencana Nasional kekeringan tahun ini menjadi kekeringan yang terburuk dalam satu dekade terakhir. Musim hujan sebenarnya sudah dimulai, namun curah hujan yang deras hanya terjadi di tujuh provinsi saja. Padahal, kekeringan melanda seluruh penjuru Thailand, yang berjumlah 67 provinsi.
Akibat kekeringan, penjatahan air pun diterapkan di hampir sepertiga wilayah Thailand. Petani diminta menunda penanaman padi mereka hingga Agustus. Padahal, Thailand terkenal sebagai negara produsen beras, sehingga dikhawatirkan kekeringan ini akan berdampak besar pada sektor ekspor beras Thailand.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah petani di Suphan Buri yang terletak 103 km dari Bangkok, memperebutkan air yang mengalir di kanal Tharakam, jalur air kecil yang belum pernah digunakan untuk irigasi.
"Semua tanaman kami mati dan ini adalah pilihan terakhir kami," kata Chanate Dangdumrong, 67, salah satu petani.
Kanal air tersebut telah membuat warga sekitar berseteru dan saling melemparkan tuduhan. Warga di distrik Don Jedi misalnya, menuduh warga desa yang terletak hulu kanal memblokir aliran air untuk menyelamatkan tanaman mereka.
"Mereka memblokir aliran air di kanal Tharakam sehingga mereka dapat memompa semua air untuk mereka sendiri," kata petani bernama Kasem Laosittiwarong, 49.
Namun, menurut warga sekitar, permintaan pemerintah untuk menghentikan pemompaan air ilegal dari kanal ini sangat tidak realistis. Penjatahan air pun dinilai sebagai jalan keluar sementara dan tidak dapat berlangsung lama.
Menurut laporan bulanan Kantor Ekonomi Pertanian Thailand, kekeringan ini juga menyebabkan pemerintah Thailand menurunkan proyeksi produksi beras sebesar 2 juta ton pada tahun ini.
Penurunan produksi beras ini juga akan memengaruhi patokan harga beras Thailand yang kini mencapai harga terendah sejak Januari 2008.
Juni lalu, Menteri Keuangan Thailand menyatakan kekeringan bisa mengurangi pertumbuhan ekonomi hingga 0,5 persentase poin tahun ini.
Harga patokan beras Thailand terus turun semenjak skema pembelian beras pada era pemerintah Perdana Menteri Yingluck Shinawatra diterapkan. , yang kerap
Skema, yang diperkenalkan pada tahun 2011 oleh pemerintah Perdana Menteri Yingluck Shinawatra, membeli beras dari petani dengan harga di atas pasar. Meskipun langkah ini meningkatkan popularitasnya di antara produsen, namun menjadi bumerang karena negara merugi hingga miliaran dolar.
Pemerintahan Yingluck yang mengambil alih kekuasaan dalam kudeta pada Mei 2014, mencoba tidak menerapkan subsidi di sektor pertanian, namun langkah ini pun menuai protes dari petani yang tidak puas.
Pemerintah memperkirakan hujan akan turun di daerah yang dilanda kekeringan pada Agusts mendatang.
Namun kecemasan masih meliputi para petani di Suphan Buri. "Dapatkah saluran air ini bertahan sampai akhir bulan? Jika nanti tidak juga hujan, maka semuanya akan mati," kata Chanate, seorang petani di Suphan Buri yang bergantung pada kanal Tharakam.
(ama/stu)