Geram, AS Siap Bantu Meksiko Temukan Chapo Guzman

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Selasa, 14 Jul 2015 17:08 WIB
AS menyatakan siap membantu Meksiko menangkap Joaquin "El Chapo" Guzman, raja narkoba Meksiko yang melarikan diri untuk kedua kali dari penjara.
AS menyatakan siap membantu Meksiko menangkap Joaquin Guzman, raja narkoba Meksiko yang melarikan diri untuk kedua kali dari penjara. (Fabrizio Leon Diez via Wikimedia Commons)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Amerika Serikat menyatakan siap membantu Meksiko menangkap Joaquin "El Chapo" Guzman, raja narkoba Meksiko yang berhasil melarikan diri untuk kedua kali dari penjara dengan tingkat keamanan tinggi pada Sabtu (11/7). 

Dilaporkan Reuters, juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest menyatakan bahwa AS akan memberikan bantuan yang dibutuhkan Meksiko untuk membantu menemukan Chapo Guzman, tokoh yang disebut-sebut sebagai gembong narkoba terkuat di Meksiko. 

Bantuan yang ditawarkan AS kepada Meksiko bukan tanpa alasan. Chapo Guzman merupakan dalang di balik maraknya perdagangan dan penyeludupan barang haram tersebut ke tanah Amerika. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari Reuters, kartel Sinaloa yang dipimpin Guzman diyakini menjadi sumber terbesar impor narkoba ke Amerika Serikat setiap tahun. Kartel yang paling dominan di Mesiko ini memiliki wilayah operasi yang membentang di seluruh penjuru Amerika Utara hingga Afrika, Eropa dan Australia.

(Baca juga: Chapo Guzman, Gembong Narkoba Terkuat di Meksiko)

Kartel ini diyakini menangani 65 persen dari semua obat ilegal diangkut ke Amerika Serikat. Kartel Sinaloa juga diyakini mengendalikan sebagian besar titik persimpangan utama bagi peredaran narkoba di perbatasan AS dan Meksiko.

Oleh karena itu, berhasilnya Guzman melarikan diri dari penjara di Meksiko untuk kedua kalinya membuat AS berang. Sejumlah pejabat AS, termasuk bakal calon presiden AS Donald Trump meluncurkan kecaman dan menuduh korupsi di pemerintah Meksiko menjadi kunci utama mudahnya Guzman melarikan diri. 

Jaksa Agung AS, Loretta Lynch, juga menyatakan siap untuk memberikan bantuan agar Guzman dapat dengan cepat dibekuk. 

AS desak ekstradisi Chapo Guzman

Kekhawatiran AS akan sepak terjang Guzman sudah mengemuka sejak dia berhasil melarikan diri dari penjara dengan level keamanan tinggi, Puente Grande, di negara bagian Jalisco pada 2001 dengan bantuan petugas penjara setelah menyogok 78 orang dengan dana sebesar US$2 juta, atau sekitar Rp26 miliar.

Setelah Guzman berhasil ditangkap oleh petugas keamanan pada Februari 2014, AS mendesak pemerintah Meksiko untuk mengekstradisi Guzman ke AS, dengan alasan keamanan penjara di Meksiko. 

Selain itu, Guzman juga dapat dikenai sejumlah dakwaan atas perannya dalam skema perdagangan narkoba kartel Sinaloa ke AS. Agen intel AS telah menghabiskan uang dalam jumlah besar, tenaga dan teknologi untuk melacak keberadaan Guzman selama lebih dari 13 tahun. 

Drug Enforcement Administration atau DEA dan militer AS terlibat dalam operasi tersebut. DEA juga telah merilis pernyataan bahwa Guzman merupakan salah satu orang yang paling dicari oleh lembaga ini. 

"Itulah mengapa kami menginginkan ekstradisi. Keberhasilannya melarikan diri menunjukkan betapa kuatnya kartel (Sinaloa) dan kemampuannya untuk menyuap orang," kata sebuah pejabat lembaga penegakan hukum AS yang enggan disebutkan namanya, dikutip dari CNN

"Pria ini buron untuk kedua kali, menujukkan betapa parahnya korupsi di Meksiko," kata sumber tersebut.

AS dukung kartel narkoba?

Namun menurut pemerintah Meksiko, pemerintahan AS, mulai dari George W Bush hingga Obama, telah bekerja sama dan memberikan kekebalan hukum bagi kartel Sinaloa dari Meksiko untuk berjualan narkoba di AS.

(Baca juga: Kartel Sinaloa, Kerajaan Narkoba 'Si Pendek')

Oleh karenanya, Presiden Enrique Pena Nieto semenjak menjabat pada Desember 2012 langsung mengurangi peran Amerika, termasuk keterlibatan para agen rahasia mereka di Meksiko.

Keputusan Pena Nieto ini menyusul kritik soal keterlibatan Amerika yang terlalu besar dalam upaya Meksiko memberantas kartel, termasuk masuk terlalu dalam ke wilayah negara itu, salah satunya menggunakan pesawat nirawak atau drone.

Hubungan AS dengan Sinaloa terjadi antara tahun 2006 hingga 2012, periode dimana angka kekerasan meningkat di Meksiko. Sejak tahun 2007 hingga 2014, diperkirakan sudah 90 ribu orang tewas akibat peristiwa yang terkait dengan kekerasan kartel.

Menurut mantan pejabat dan anggota kartel, kesepakatan antara Sinaloa dan Washington memungkinan diselundupkannya berton-ton narkoba ke dalam Amerika Serikat, dengan harapan monopoli dagang oleh Sinaloa akan mematikan bisnis geng narkotika lainnya di Negeri Paman Sam.

El Universal menuliskan, ada setidaknya 50 pertemuan di Meksiko antara agen AS dan para bos Sinaloa, juga melalui telepon dan email. 

Menurut peneliti senior hukum dan ekonomi di Columbia University, Dr. Edgardo Buscaglia, taktik Amerika ini pernah digunakan sebelumnya di Kolombia, Kamboja, Thailand dan Afghanistan. (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER