Kekerasan Seksual Ancam Perempuan Nepal di Penampungan

Ranny Utami/Reuters | CNN Indonesia
Sabtu, 25 Jul 2015 12:43 WIB
Kekerasan fisik dan seksual menjadi ancaman bagi para perempuan, termasuk anak-anak, yang hingga kini masih tinggal di tempat penampungan usai gempa Nepal.
Kekerasan fisik dan seksual menjadi ancaman bagi para perempuan, termasuk anak-anak, yang hingga kini masih tinggal di tempat penampungan usai gempa Nepal. (Reuters/Navesh Chitrakar)
Kathmandu, CNN Indonesia -- Penampungan yang tak memadai, penutupan sekolah dan kurangnya air bersih serta sanitasi menjadi tiga masalah terbesar bagi anak-anak di Nepal setelah dua gempa bumi besar mengguncang negara tersebut, menurut sebuah laporan yang dirilis pada Sabtu (25/7), tepat tiga bulan setelah gempa pertama terjadi.

"Puluhan ribu anak-anak tinggal di tempat penampungan. Hal ini masih perlu dipercepat untuk memberikan kebutuhan dasar seperti tempat tinggal, sanitasi dan perlindungan," ujar Lucia Withers, penulis laporan tersebut, dilansir Reuters.

Withers merupakan penasihat kemanusiaan dari Save The Children. Organisasi ini telah melakukan survei bersama Plan International, UNICEF dan World Vision.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebanyak 2.000 anak telah diwawancarai oleh empat badan penyalur bantuan ini. Mereka mengakui bahwa ini adalah konsultasi anak terbesar yang pernah mereka lakukan setelah bencana terjadi.

Anak-anak yang diwawancarai oleh badan penyalur bantuan pasca bencana ini juga mengaku khawatir tentang kurangnya privasi dan ruang. Anak-anak kecil merasa takut diserang hewan liar, sementara anak-anak perempuan lebih khawatir terhadap pelecehan seksual.

"Tinggal di bawah langit membuat kami lebih rentan mengalami kekerasan," ujar seorang gadis remaja dari Sindhupalchowk, sebuah daerah yang terkena gempa.

Penelitian terpisah yang dilakukan oleh Oxfam di Dhading, sebuah daerah di barat ibu kota Kathmandu, menemukan bahwa perempuan dan anak-anak perempuan sangat riskan terhadap kekerasan fisik dan seksual di tempat penampungan sementara yang seringkali penuh sesak.

Situasi ini tentu sangat buruk bagi perempuan lajang, terlebih lagi bagi seorang janda. Mereka biasanya cenderung terisolasi dan menerima sedikit dukungan dari warga sekitar, menurut Oxfam.

"Menjalani kehidupan setelah dua gempa besar, situasi ini hanya menambah trauma mereka," ujar Cecilia Keizer, direktur Oxfam di Nepal.

Setidaknya, 2,8 juta orang atau sekitar 10 persen populasi Nepal memerlukan bantuan mendesak, menurut laporan PBB yang diterbitkan awal bulan ini. Hampir 9.000 orang tewas akibat gempa yang terjadi pada 25 April dan 12 Mei ini. (sip)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER