Jakarta, CNN Indonesia -- Ribuan anak-anak Nepal yang menjadi korban gempa bumi bulan lalu, akan kembali bersekolah lagi. Kementerian Pendidikan Nepal telah memutuskan membuka kembali sekolah-sekolah pada tanggal 31 Mei.
Padahal bencana yang baru terjadi lima pekan lalu itu telah menelan korban hingga 8.600 jiwa dan menghancurkan banyak tempat tinggal masih menyisakan trauma buat mereka.
Tanpa seragam, sejumlah anak terlihat takut-takut menggandeng orang tua mereka saat melintas di banyak bangunan yang masih merupakan reruntuhan. Sementara ini sebagian dari mereka masih harus bersekolah di tenda-tenda besar yang bangunan yang masih bisa terpakai untuk sekolah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat gempa pada 25 April berkekuatan 7,8 pada skala Richter itu, lebih dari 32 ribu bangunan kelas di Nepal ikut hancur. Gempa kedua berkekuatan 7,3 pada skala Richter yang terjadi pada 12 Mei membuat bangunan belum lagi bisa direnovasi.
“Saya takut. Menyedihkan sekali melihat kelas saya sekarang jadi reruntuhan,” kata Shasham Shrestha, anak kelas 10 yang di sekolah menengah di Kuleswor Awas, Kathmandu. Shrestha bersama beberapa temannya terlihat menatap reruntuhan dinding di tempat di mana sekolah mereka dulu berdiri. Sejumlah guru terlihat berusaha menghalau anak-anak agar menjauh dari bangunan demi keamanan.
Hari Lamsal, dari Kementerian Pendidikan Nepal mengatakan mengembalikan aktivitas sekolah sangat penting untuk menunjukkan bahwa kehidupan akan kembali normal. “Kami akan membuat beberapa pusat belajar temporer untuk sekolah, karena merekonstuksi bangunan lama akan sangat memakan waktu,” kata Lamsal.
Pemerintah dan lembaga pemberi bantuan telah membangun 137 pusat belajar sementara bagi 14 ribu anak. Pusat belajar sementara ini adalah karpet plastik dan tenda dengan atap plastik yang disangga bambu.
Pekerja sosial mengatakan sebenarnya dibutuhkan 4.500 pusat belajar akan dibangun untuk mengakomodasi kebutuhan tempat belajar bagi anak-anak yang terpaksa kehilangan sekolah akibat gempa.
Hampir satu juta anak Nepal terkena dampak gempa di Nepal berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF).
“Pendidikan tak bisa menunggu semua diperbaiki dan direkonstruksi,” kata Tomoo Hozumi perwakilan UNICEF di Nepal pada Reuters saat mengunjungi pusat belajar sementara.
“Membuka sekolah bahkan dalam kondisi temporer sekalipun ada manfaatnya. Ini memberikan pemulihan psikososial pada anak-anak yang mengalami stres, melindungi mereka dari kekerasan, dan risiko mengalami perdagangan manusia dan orang tua mereka juga bisa kembali bekerja,” kata Hozumi.
UNICEF mengatakan diperlukan $24,1 juta untuk membangun pusat belajar itu, melatih 19 ribu guru dan relawan ungtuk menjadi terapis psikososial.
Dalam dua minggu ini direncanakan anak-anak hanya akan mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan guru dan bermain, sebelum sesi belajar yang sebenarnya dilakukan.
(utw/utw)