Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Myanmar mengatakan pihaknya telah meminta bantuan internasional berupa makanan, penampungan sementara dan pakaian untuk 210 ribu orang yang menjadi korban banjir.
Pemerintah mengatakan pada Selasa (4/8) bahwa 47 orang telah menjadi korban tewas akibat banjir setelah hujan lebat turun selama berminggu-minggu.
Permintaan Myanmar akan bantuan internasional sangat berbeda dengan sikap yang diambil pemerintahan junta militer sebelumnya, yang menolak bantuan dari luar ketika badai menimpa Myanmar pada 2008, menewaskan 130 ribu orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini pemerintah semi militer, yang mengambil alih kekuasaan pada 2011 lalu, meminta bantuan internasional sedang militer menangani bantuan tersebut di lapangan.
"Kita sedang bekerjasama dan mengundang bantuan internasional. Kita telah mulai menghubungi organisasi lembaga donor dan negara-negara untuk bantuan," ujar Ye Htut, Menteri Informasi dan Juru Bicara Kantor Presiden Myanmar.
Ia menambahkan, bantuan internasional juga dibutuhkan untuk menampung penduduk dan pembangunan kembali setelah banjir surut.
Dengan pendapatan perkapita PDB sekitar US$1.105 per tahun, Myanmar adalah salah satu dari negara termiskin di Asia Timur dan Pasifik.
Sementara itu, Kedutaan Besar China di Yangoon telah menyuplai bantuan kepada wilayah yang terkena dampak banjir.
Htut mengatakan, banjir mulai surut di pantai barat Rakhine, wilayah yang mengalami banjir terparah setelah dihantam angin topan Komen, yang menyebabkan tanah longsor di Bangladesh minggu lalu.
Wilayah di timur laur ibu kota Sittwe, termasuk Mrauk U dan Minbya, juga terkena dampak terparah dari bencana alam ini.
Sebuah video dari Reuters pada Senin (3/8) menunjukkan ratusan orang berbondong-bondong melalui banjir lumpur untuk mengambil persediaan yang dijatuhkan dari udara.
Rakhine adalah rumah bagi 140 ribu pengungsi, terutama kaum Muslim Rohingya yang tinggal di kamp-kamp kumuh yang tersebar di seluruh negara bagian.
Pekerja darurat masih menghapi kesulitan di Chin pada Selasa, setelah hujan menyebabkan tanah longsor di pegunungan yang membatasi wilayah India dan Bangladesh.
Htut menambahkan, jalanan utama di Myanmar menjadi buntu dan helikopter yang mencoba memasuki kota dengan helikopter juga terhambat oleh hujan.
Akibat banjir, ratusan ribu hektar lahan pertanian rusak, PBB telah memperingatkan Myanmar bahwa hal tersebut dapat menganggu musim tanam dan akan berdampak buruk terhadap persediaan pangan jangka panjang.
Koran Myanmar Global New Light, mengutip Menteri Pendidikan, mengatakan bahwa setidaknya 1.300 sekolah telah ditutup karena banjir.
Juru Bicara Parlemen Myanmar, Shwe Mann, mengatakan parlemen juga menunda pertemuan menjadi tanggal 10 Agustus, yang akan menjadi pertemuan final sebelum pemilihan umum pada 8 November.
(stu)