Pemadaman Listrik Perparah Gelombang Panas di Libanon

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Kamis, 06 Agu 2015 15:54 WIB
Pemadaman listrik yang kerap terjadi di Libanon membuat warga bergantung kepada generator untuk mengatasi cuaca panas.
Suhu di Libanon mencapai 40 derajat Celcius, warga berjuang untuk bertahan di tengah pemadaman listrik yang kerap kali terjadi. (Reuters/Mohamed Azakir)
Jakarta, CNN Indonesia -- Gelombang panas yang menyengat Libanon membuat warga beramai-ramai menggunakan kipas angin dan pendingin udara. Namun, pemadaman listrik yang kerap terjadi di negara ini membuat warga bergantung kepada generator.

Dilansir dari The Guardian, di jalan-jalan ibu kota Beirut, gelombang panas terlihat jelas menyengat para pejalan kaki yang bercucuran keringat. Udara yang lembab dan suasana kota metropolis yang sesak membuat cuaca terasa jauh lebih panas dari sebelumnya. Suhu udara mencapai 40 derajat Celcius.

Belum lagi sampah yang terlihat membusuk berceceran hingga ke jalan-jalan, selama dua pekan terakhir. Libanon memang tengah dilanda masalah pengaturan pembuangan sampah, karena para pejabat pemerintah tidak mencapai kata sepakat untuk mendirikan sebuah tempat pembuangan sampah yang baru.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di Beirut, pemadaman listrik dijadwalkan terjadi selama tiga jam dalam sehari, permintaan listrik melebihi pasokan sepanjang tahun. Pada puncak musim panas, pemadaman listrik ini terjadi setiap jam, atau setiap dua jam," kata Kareem Shaheen, kolumnis The Guardian di Beirut.

"Di beberapa daerah miskin, tidak adanya listrik adalah hal yang biasa. Warga biasa tidur di lantai, atau di teras luar," kata Shaheen melanjutkan.

Shaheen memaparkan bahwa pada musim panas tahun lalu, warga Libanon juga berjibaku dengan masalah lainnya, yaitu kekurangan air bersih. "Libanon memiliki 16 sungai besar, tapi tidak ada distribusi air bersih yang efisien," kata Shaheen.

Bukan hanya warga Libanon, pengungsi Suriah yang berada di Beirut juga menderita akibat gelombang panas ini. Anak-anak pengungsi Suriah memadati jalan-jalan yang ramai, menjual barang-barang, menyemir sepatu, tidur di jalanan dan kolong jembatan.

Libanon menampung lebih dari satu juta pengungsi, sebagian besar berasal dari Suriah yang melarikan diri dari peperangan.

Shaheen memaparkan ribuan pekerja lainnya di pedalaman Lembah Bekaa terpaksa bekerja di bawah terik matahari. Para orang tua yang renta berlindung di dalam tenda plastik yang tipis.

Selain itu, puluhan ribu ayam di sejumlah wilayah Libanon tenggara dilaporkan mati karena kepanasan pada awal pekan ini. Di desa Majidieh saja, jumlah ayam yang mati karena kepananasan mencapai 40 hingga 50 ribu ekor. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER