Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi di Swedia meningkatkan keamanan di penampungan para pencari suaka, khawatir akan serangan balik setelah dua pencari suaka asal Eritrea diduga membunuh dua orang di toko IKEA.
Seorang pria dan seorang wanita tewas dalam serangan pisau di toko IKEA di kota Vasteras, Senin lalu. Dua tersangka ditahan oleh polisi, salah satunya terluka parah. (Baca juga:
Penusukan di IKEA Swedia, Dua Tewas)
Satu orang tersangka membantah terlibat pembunuhan itu, sementara yang lain dirawat di rumah sakit. Menurut polisi, keduanya selama ini tinggal di pusat suaka yang sama. Polisi juga mengatakan tidak ada bukti motif politik yang terhubung pada kasus ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Polisi lokal di seluruh wilayah ditugaskan mengambil langkah-langkah ini, berada di sana untuk tujuan keselamatan untuk semua orang—mereka yang bekerja di sana dan mereka yang tinggal di sana," kata juru bicara polisi Vastmanland, Per Agren kepada kantor berita Swedia TT, merujuk pada pusat-pusat detensi di lokasi itu, dikutip dari Reuters, Rabu (12/8).
Swedia adalah salah satu penerima pencari suaka yang paling dermawan di Eropa. Pada 2014, negara ini menerima 81.200 pencari suaka, 13 persen dari total di seluruh Uni Eropa.
Partai Swedia yang anti-imigrasi, Demokrat—duduk di kursi parlemen untuk pertama kalinya pada 2010—telah menjadi partai terbesar ketiga. Mereka selalu berargumen bahwa rekor jumlah pencari suaka merusak model kesejahteraan yang dijunjung Swedia.
Dewan Nasional Swedia untuk Pencegahan Kejahatan mengatakan pekan ini bahwa jumlah tersangka atas kejahatan kebencian, serangan yang dimotivasi oleh agama, identitas seksual atau ras, memecahkan rekor tahun lalu.
Pekan lalu, dua tunawisma ditembak saat mereka tidur di dalam mobil di kota Boden, Swedia utara.
(stu)