Jakarta, CNN Indonesia -- Korea Selatan meluncurkan kampanye propaganda pengeras suara pada Senin (10/8) di sepanjang wilayah perbatasan yang disebut juga Zona Demiliterisasi (DMZ), setelah dua tentara Korea Selatan terluka akibat ranjau Korea Utara yang meledak di wilayah tersebut pekan lalu.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan memaparkan bahwa propaganda melalui pengeras suara merupakan upaya perang psikologis terhadap Korea Utara yang komunis. Propaganda ini demulai pada Senin malam dan akan terus berlangsung di dua tempat di sepanjang wilayah perbatasan itu.
"Sebagai bagian dari pembalasan atas provokasi ilegal Korea Utara, militer kita meluncurkan propaganda melalui pengeras suara di sepanjang garis demarkasi militer sebagai langkah pertama," bunyi pernyataan dari Kementerian Pertahanan Korsel, dikutip dari Korea Times US.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keputusan tersebut sejalan dengan janji Korea Selatan untuk membuat Korea Utara menanggung akibat dari ledakan ranjau darat di Provinsi Gyeonggi pada 4 Agustus lalu, menyebabkan dua tentara patroli Korea Selatan harus diamputasi.
Penyelidikan oleh militer Korsel menyimpulkan bahwa penyebab ledakan tersebut adalah tiga ranjau darat yang diletakkan dalam kota kayu, yang sengaja ditanam di area yang dijaga pleh Korsel.
Propaganda Korea Selatan melalui pengeras suara dinilai akan sulit dihindari oleh Korea Utara. Tidak hanya pesan yang berisi kecaman terhadap insiden ranjau darat, propaganda tersebut akan berisi sejumlah berita terkini dari seluruh dunia, hal yang tidak pernah diterima oleh warga Korea Utara akibat kontrol media yang ketat.
Ini bukan kali pertama Korea Selatan memilih jalur propaganda. Sebelumnya, Korea Selatan kerap menyebarkan brosur anti-Pyongyang yang dilaporkan membuat Korea Utara geram.
Kementerian Pertahan Korea Selatan menolak memberikan rincian soal berita apa saja yang akan dibacakan, dan di wilayah mana saja propaganda pengeras suara tersebut akan diluncurkan. Namun, sejumlah sumber meyakini bahwa daerah Paju termasuk dalam daerah di DMZ yang akan mendengar propaganda tersebut.
Sesuai kesepakatan bersama, militer Korea Selatan menghentikan propaganda anti Korut lewat pengeras suara di sejumlah daerah perbatasan pada 2004. Namun Korsel kembali meluncurkan propaganda ini untuk membalas Korut atas serangan torpedo mematikan ke Angkatan Laut Cheonan Korsel pada tahun 2010.
Korea Selatan telah berulang kali berjanji untuk melacak setiap provokasi Korea Utara dan membalasnya.
Menteri Pertahanan Han Min-koo bersumpah akan melakukan pembalasan keras untuk provokasi Korea Utara, dengan menginstruksikan prajurit militer di sejumlah daerah untuk bereaksi terhadap provokasi musuh "dengan percaya diri, tegas dan tanpa ragu-ragu."
"Tindakan terbaru musuh kita adalah provokasi yang jelas dan pelanggaran langsung dari perjanjian gencatan senjata dan perjanjian non-agresi antara Selatan dan Utara," kata Han, dalam kunjungannya ke lokasi ledakan.
Meski Perang Korea periode 1950-153 berakhir dengan gencatan senjata, namun kedua Korea belum menyepakati perjanjian damai sehingga secara teknis Korsel dan Korut masih berperang hingga saat ini.
(ama/ama)