Jakarta, CNN Indonesia -- Militer Korea Selatan mengancam akan membalas Korea Utara setelah menuduh Korut menanam ranjau darat di perbatasan Zona Demiliterisasi (DMZ) yang melukai dua tentara pekan lalu.
Militer Korsel pada konferensi pers, Senin (10/8), mengatakan terdapat bukti yang menyimpulkan bahwa tentara dari Korut melintasi jaur DMZ baru-baru ini untuk menanam ranjau, dan Pyongyang akan "membayar harga yang berat" untuk itu.
"Kami sangat mengutuk tindakan pengecut ini, yang akan tidak terpikirkan bagi militer normal," kata Mayor Jenderal Ku Hong-mo. Ia menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap perjanjian gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea pada 1950-1953.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut kemungkinan akan memprovokasi Korut dan akan meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea.
Komando PBB, yang dipimpin oleh militer AS dan yang mengawasi gencatan senjata dua negara Korea, juga mengutuk insiden ranjau darat ini, menyebutnya pelanggaran gencatan senjata dari Korut. Badan itu mengatakan mereka akan meminta pertemuan dengan militer Korea Utara.
Militer Korsel juga mengatakan wilayah di mana ledakan itu terjadi pada Selasa lalu telah disapu dari ranjau dan medannya tidak memungkinkan ranjau itu ditanam di tempat lain lalu terbawa akibat hujan atau pergeseran tanah.
Fragmen dari ranjau meledak juga memiliki cat yang biasanya digunakan oleh Korea Utara, militer Korsel.
Dua tentara, bagian dari tim yang melakukan operasi pencarian rutin di DMZ—sekitar 50 km sebelah utara Seoul—terluka parah dalam ledakan itu.
(stu)